Rabu, 02 November 2011

Keperawatan sebagai ilmu dan teori keperawatan

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Seiring dengan era reformasi dan era globalisasi di Indonesia saat ini, juga diikuti dengan perubahan pemahaman terhadap konsep sehat-sakit, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyebaran informasi tentang determinan kesehatan yang bersifat multifaktorial . Kondisi ini mendorong pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma baru yaitu paradigma sehat. Dalam perkembangannya keperawatan mengalami pasang surut sekaligus babak baru bagi kehidupan profesi keperawatan di Indonesia.
Jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup mencengangkan. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Hal ini disebabkan kebijakan zero growth pegawai pemerintah, ketidakmampuan rumah sakit swasta mempekerjakan perawat dalam jumlah memadai, rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemahnya kemampuan berbahasa asing. Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru kekurangan 2 juta perawat, baik di AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah. Fakta lain di lapangan, saat ini banyak tenaga perawat yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas dengan status magang (tidak menerima honor seperserpun) bahkan ada rumah sakit yang meminta bayaran kepada perawat bila ingin magang. Alasan klasik dari pihak rumah sakit “mereka sendiri yang datang minta magang”.

2. Pokok Permasalahan
- Apa definisi dari ilmu?
- Sifat ilmu keperawatan
- Apa definisi dari teori?
- Bagaimana isi teori-teori yang ada di keperawatan?

3. Tujuan penulisan
Agar perawat mampu membedakan, mana yang seharusnya menjadi tugas, mana yang bukan. Agar praktik dokter-perawat tidak terus merajalela.
4. Manfaat Penulisan
Menambahkan kemampuan intelektual dalam menerapkan asuhan keperawatan sehari-hari untuk pelayanan masyarakat, serta sadar akan tanggung jawab dan bukan tanggung jawab milik perawat.


ISI

Definisi Ilmu
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu berasal dari aktivitas ilmiah yang berpangkal pada konsep struktur pemikiran manusia.
Definisi ilmu perawatan Henderson karena berkaitan dengan praktik perawatan
menunjukan bahwa perawat yang melihat tugas utama mereka sebagai pemberi
langsung perawatan kepada pasien akan menemukan manfaat segera pada kemajuan
pasien dari kondisi bergantung menjadi mandiri. Henderson meyakini proses
perawatan merupakan proses problem-sloving dan tidak hanya khusus masalah
perawatan.
Ilmu di tinjau dari aspke aksiologi, merupakan cara penggunaan/pemanfaatan pengetahuan ilmiah. Aksiologi disebut juga sebagai teori nilai, yakni teori yang membicarakan kegunaan dari suatu ilmu, termasuk asas moral yang terdapat di dalamnya.

Keperawatan Sebagai Ilmu
Berdasarkan tinjauan aspek ontology, setiap disiplin ilmu harus mempunyai objek forma dan objek materia terkait dengan wujud yang akan menjadi focus penelaah. Objek Materia adalah cara untuk menjelaskan/mencapai objek tersebut berdasarkan objek materia. Sedangkan objek forma sendiri adalah prinsip yang mendasari perbedaan antar ilmu.
Epistemology merupakan asas yang berkaitan dengan cara memperoleh dan menyusun materi pengetahuan menjadi suatu ilmu. Sifat pengetahuan ilmiah antara lain (Suriasumantri, 1996):
1. Pengetahuan adalah milik umum. Artinya, pengetahuan itu disampaikan kepada masyarakat melalui publikasi ilmiah.
2. Objektif. Artinya setiap orang berhak mempelajari objek yang sama, dengan cara yang sama, akan memperoleh kesimpulan yang sama.
3. Abstraksi. Artinya, ilmu pengetahuan dapat mereduksi realitas menjadi konsep.
4. Konseptual. Artinya, ilm memiliki konsepsi yang membangun teori-teori.
5. Generalisasi. Artinya, kajian-kajian dari pengetahuan dapat di terima oleh umum.
Proses pembentukan pengetahuan ilmiah terkait dengan mekanisme yang memproses pengetahuan tersebut. Mekanisme ini lebih dikenal dengan istilah metode ilmiah, yang memproses pengetahuan dalam tiga aspek, yaitu keabsahan, kebenaran, dan penyusunan. Keabsahan pengetahuan ilmiah di tentukan berdasarkan syarat yang harus di penuhi oleh suatu pengethuan, yaitu logis, analitis, dan sistematis.kaitannya dengan kebenaran, kebenaran suatu pengetahuan terletak pada pengujian empiris.
Proses penyusunan pengetahuan ilmiah sendiri memerlukan pikiran dasar yang teoritis. Pikiran dasar itu terdiri atas postulat, asumsi, dan prinsip. Postulat merupakan anggapan tentang suatu objek yang merefleksikan sudut pandang tertentu yang tidak perlu di verifikasikan secara empiris guna menentukan benar salahnya. Asumsi adalah pernyataan dasar tentang realitas yang menjadi objek telaah. Terakhir, prinsip merupakan pernyataan dasar mengenai tindakan yang dipilih.

Ilmu Keperawatan Di Tinjau Dari Sudut Ontology
Ilmu keperawatan ditinjau dari sudut ontology mempunyai pengertian, falsafah, sejarah, tujuan, penerima layanan keperawatan, fokus keperawatan, objek forma, dan objek material yang berbeda dengan pengetahuan yang lain. Ilmu keperawatan di tinjau dari sudut ontologi, dapat di telaah konsensus International Council of Nurse (1873), yaitu:

The unique function of nurse is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing, to health or its recovery (or to peaceful death) that he would perform unaded if he had the necessary, strength, will, or knowledge.


Ilmu Keperawatan Di tinjau Dari Sudut Epistemologi
Sifat/karakter ilmu keperawatan
1. Pengetahuan umum (Public knowledge)
2. Objektif
3. Abstraksi
4. Konseptual
5. Generalisasi

Proses Pembentukan Ilmu Pengetahuan
Untuk menguji keabsahan dan kebenaran bahwa manusia yang tidak dapat berfungsi sempurna terkait dengan kondisi kesehatan dan proses penyembuhan mempunyai serangkaian kebutuhan yang dapat dilakukan melalui langkah-langkah proses keperawatan. Untuk mengembangkan nilmu keperawatan, dibutuhkan dukungan ilmu lain sebagai pembentuk body of knowledge ilmu keperawatan. Ilmu-ilmu pendukung tersebut, antara lain:
1. Kelompok ilmu humaniora, metodoligi, hokum, dan etika yang mencakup agama, filsafat, kebangsaan, etika dan hokum, bahasa Indonesia, bahasa inggris, metodologi ilmiah, dan komunikasi kelompok.
2. Kelompok ilmu alam dasar yan mencakup biofisika, kimia, biologi
3. Kelompok ilmu perilaku yang mencakup psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi social, hubungan antar manusia, dan dinamika kelompok.
4. Kelompok ilmu social, yang mencakup sosiologi, antropologi, demografi, dan ilmu politik.
5. Kelompok ilmu biomedik yang mencakup anatomi, fisiologi, biokimia, patofisiologi, farmakologi, dan terapi, mikrobiologi,parasitologi, dan gizi.
6. Kelompok ilmu kesehatan masyarakat.
7. Kelompok ilmu kedokteran klinik.

Teori-Teori Keperawatan
Stevens (1984), mendefinisikan keperawatan sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor, C., dkk, 1989). Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Menurut Newman (1979), ada 3 cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori-teori keperawatan, yaitu: meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini dalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik keperawan serta menciptakan suatu kerangkan konsep yang memungkinkan pengembanagan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang diharapkan dapat membantu dan mengembangkan praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan.
Karakteristik Dasar Teori Keperawatan
Torre (1985) dan Chin dan Ycob (1983), secara jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan. Menurut mereka, ada lima karakteristik dasar teori keperawatan, yaitu:
1. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefenisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
2. Teori keperawat harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan dengan alas an atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis.
3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktik keperawatan.
4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian.
5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktik keperawatan.

Teori dalam Keperawatan
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat konsep yang berpengaruh dan menentukan kualitas praktik keperawatan, yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-sakit dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini berbeda anatar teori yang satu dengan teori yang lain. Berikut ini diuraikan beberapa teori keperawatan.

Sister Calista Roy: Model Adaptasi Roy
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi keperawatan pada tahun 1964. Model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dalam keperawatan. Asumsi dasar model ini adalah:
1.Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenehi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.
2.Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative untuk dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta keyakinan dan pengalaman dalam beradaptasi.
3.Setiap individu berespons terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimal utnuk memelihara integritas diri.
4.Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.
Menurut Roy, respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau perilaku tertentu.
Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan, tidur dan istirahat, pengaturan sushu, hormonal dan fungsi sensori. Kebutuhan akan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan seseorang. Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan akan kemampuan melakukan interaksi sosial termasuk kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya (Rambo, 1984, dikutip dari Taylor, C., dkk, 1989).
Singkatnya Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Roy mendefenisikan lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam menjaga integritas diri. Menurutnya, peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi terhadap perubahan yang ada.

Teori Martha E. Roger
Teori Roger didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori ini berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hisup manusia dan pula pertumbuhna dan perkembangan seseorang.
Asumsi dasar teori Roger tentang manusia adalah:
1.Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
2.Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan disekelilingya.
3.Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda dengan orang lain.
4.Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya.
5.Manusia diciptakan sebagai karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam hal sifat dan emosi.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dalam siklus kehidupannya. Menurutnya, lingkungan adalah segala hal yang beredar di luar diri individu.

Teori Dorothy E. Johnson
Dorthy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari 2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terjadap lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu kesimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.

Teori Dorothea E. Orem
Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care atau Self Care Defisit Teori.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri atau perawatan mandiri. Pertama, perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainnya. Kedua, perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembang manusia. Ketiga, perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Menurut Orem, perawat dibutuhkan ketika seseorang membutuhkan asuhan keperawatan karena ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri. Menurutnya, area kerja perawat adalah membina dan mempertahankan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, menentukan kapan seseorang membutuhkan bantuan atau pertolongan, memperhatikan respon pasien, memberi pertolongan langsung kepada individu dan keluarga serta bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan dna kemampuan pasien. Oleh karena itu terdapat 3 angkatan dalam asuhan keperawatan mandiri. Pertama, perawat memberi perawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat ketergantungan pasien yang tinggi. Kedua, perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan. Ketiga, pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat.

Model Betty Neuman
Model Neuman berfokus pada individu dan respon atau reaksi individu terhadap stres termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya dan kemampuan adapatasi pasien. Menurut Neuman manusia merupakan system terbuka yang saling berinteraksi dengan lingkungan internal maupun eksternal yang dapat merupakan penyebab stress (stresor). Dalam kehidupan sehari-hari individu selalu berusaha mempertahankan dan memenuhi kebutuhan biologi, psikologi dan sosial cultural.
Adanya stressor seperti penyakit misalnya, menyebabkan seseorang bereaksi untuk mempertahankan kesehatannya melalui mekanisme pemecahan masalah atau koping tertentu. Penyebab stressor dapat berasal pada diri sendiri, dari luar individu atau karena interaksi dengan orang lain. Pengaruh stressor pada seseorang tergantung pada tingkatan stresor, lamanya stresor serta kemampuan dan keefektifan koping yang digunakan.
Menurut Neuman asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stresor. Peran ini disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stresor, mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stresor serta mendukung koping pasien yang konstruktif. Pencegahan sekunder seperti tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya stresor. Sedangkan pencegahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit.
Kerangkan ini dikenal sebagai kerangka system terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka ini adalah:
1. Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi kesehatan seseorang.
2. Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, kelompok, dan masyarakat.
3. Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan.
Dalam kerangka konsep ini terdapat 3 sistem yang saling berinteraksi dan saling berhubungan erat.
1. Kepribadian (personal sistem). Setiap individu mempunyai sistem kepribadian tertentu. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri, pertumbuhan dan perkembangan, gambaran diri, tempat dan waktu.
2.Sistem interpersonal. Sistem interpersonal terbentuk karena hasil interaksi manusia. Konsep ini dapat berupa interaksi, komunikasi, perjanjian, stress dan peran.
3.Sistem sosial. Meliputi keluarga, kelompok keagamaan, sistem pendidikan, sistem pekerjaan dan kelompok sebaya.
Menurut King tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan pasien saling bekerjasama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang hendak dicapai.

Teori Myra E Levine
Teori Levine berfokus pada interaksi manusia . Asumsi dasar Teori Levine adalah :
1. Pasien membutuhkan pelayanan keperawatan atau kesehatan jika mempunyai masalah kesehatan.
2. Perawat bertanggung jawab untuk mengenali respon/reaksi dan perubahan tingkah laku serta perubahan fungsi tubuh pasien. Espon pasien terjadi ketika ia mencoba beradaptasi dengan perubahan lingkungan atau suatu penyakit. Bentuk respon tersebut dapat berupa ketakutan, stress, inflamasi dan respons panca indra.
3. Fungsi perawat adalah melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan terapeutik. Intervensi keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit serta memperbaiki status kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar