Jumat, 31 Desember 2010

kecewaku malam ini 12 ipa 1

12 IPA 1

Kelas terbaik yang pernah ada. Kau tahu kan alas an kenapa aku mengatakan itu???
Aku minta maaf sebelumnya karena tak mengatakan langsung pada kalian tadi. Kalian sudah terlanjur emosi. Aku kecewa dengan hal itu. Rahmat, aku tidak tahu bagaimana masalahmu dengan Dila. Ada apa denganmu sampai kamu betul2 bertemperamen keras luar biasa seperti tadi? Aku akui jika kamu lebih bahagia dari sebelumnya dan juga lebih pelit dari sebelumnya (sejak dulu Rahmat tak terlalu baik padaku sih) andai aku boleh meminta sebagai harapan tahun baru ini… aku ingin agar semuanya kembali seperti semula. Jika boleh, aku mau menjadi seperti Dila agar kamu kembali seperti dulu. Baik dan tak bertemperamen keras. Aku tak pernah menyangka sebelumnya jika kamu akan memukul Fajria seperti tadi. Apakah ini Rahmat yang selalu heboh?
Aku ingin menjadi seperti DIla agar kamu baik pada teman2 yang lain. Bukan menjadi seperti manusia yang sudah kehilangan harapan dalam segala hal. Gampang labil dan lain sebagainya.
Aku tak suka itu!!!!!!!!!!!
Jika yang tadi kalian hanya bercanda, bercanda kalian tidak lucu sama sekali!!!!!!!!! Apanya yang lucu??
Sampai merusak semua hal yang ada di dalam kelas. Rahmat!!!
Kamu benar2 meluapkan segala hal yang kamu pendam ya pada kami???

Hahaha
Ngapain sih?
Padahal kalian hanya bercanda.
Aku memang bermental krupuk. Aku sudah sadar akan hal itu jauh sebelumnya.
Tapi apakah kamu senang dengan kelakuan Rahmat tadi yang memancing emosi semuanya???
Sampai Sadly yang memang sejak dulu selalu sibuk sendiri itu ikutan hamper dibunuh oleh Rahmat.
Inikah yang DIla berikan padamu???
Inikah dampak dari hubunganmu dengannya??
Aku minta maaf karena menyinggung hubungan kalian. Tapi aku gak suka caramu berperilaku seperti tadi!!!!!!!!!!
Ada apa denganku dan Rayyan dani? Memangnya kenapa kalau kami selalu bersama? Ada yang cemburu ya?? Kalau memang ada katakanlah (hahaha PD setengah hidup mode on)
Beberapa alas an tak perlu ku ucapkan karena aku sudah mengucapkannya tadi kan? Aku tak pernah berbuat ulah kan? Aku selalu diam! Tak akan bercerita pada orang lain jika memang dia tak perlu untuk dibicarakan! Buat apa? Numpang eksis??
Aku gak butuh eksis!
Aku suka diriku yang sekarang.
Yang suka dan gampang marah tanpa jelas.
Yang suka nongol tiba2 ketika ada orang yang sedang bercerita (tak semua orang. Ada beberapa yang tak ingin kudekati)
Lalu kenapa?
Bukankah setiap orang punya pribadi dan karakter masing2 yang sudah Allah berikan pada setiap hambanya?
Aku tak akan bercerita pada kelas lain jika hanya menyangkut masalah kelas.
Aku hanya ingin bercerita tentang anime dan hal2 yang gak penting lainnya yang gak ada sangkut pautnya dengan kelas (masalah pelajaran sih ada).
Aku akui kalau aku sering cerita tentang apapun dan segala hal pada Dyazt.
Tapi aku percaya jika dia tak akan pernah bercerita pada siapapun.
Kami selalu berbagi cerita!!!!!!!!!

Oke seperti kata Intan tadi.
Masalah pacaran itu masalah kalian karena kalian punya privacy sendiri yang tak bisa ku ganggu gugat. Aku juga punya pacar. Tapi bukan begitu caranya!!!!!!! (keroyok!!!!!!!!!! Ni orang Plagiat)

For Rahmat yang bermental keras seperti batu.
Satu hal yang bisa kukatakan (intinya red_) kamu tega ya melakukan ini pada temanmu sendiri?
Yang sudah akrab dengan baik dan berbagi cerita,
Yang selalu bersama,
Berbagi harapan, suka dan duka,
Kamu benar2 tak dapat aku duga.
Itu yang kamu suka???
Jadi bahan tontonan seluruh kelas seolah-olah kita adalah topeng monyet yang pantas untuk ditonton.

Tahun baru….
Hal yang pertama kudapatkan di tanggal 1 januari 2011 adalah kekecewaan…
Hahaha….
Semua orang bersuka cita ketika malam tahun baru,
Aku malah dapat kekecewaan…..
Payah!!!!!!!!!!!

Akhhhh
Sudahlah!
Itu urusan kalian!
Aku gak mau campuri lagi!!!!!!!!!

Sekian!!!!!
Maafkan diriku yang hanya bisa menulis tanpa sanggup untuk mengungkapkannya… 

Selasa, 28 Desember 2010

Peraturan Permainan Bola Basket

Aturan dasar pada permainan Bola Basket adalah sebagai berikut.
1. Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan.
2. Bola dapat dipukul ke segala arah dengan menggunakan salah satu atau kedua tangan, tetapi tidak boleh dipukul menggunakan kepalan tangan (meninju).
3. Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil memegang bola. Pemain harus melemparkan bola tersebut dari titik tempat menerima bola, tetapi diperbolehkan apabila pemain tersebut berlari pada kecepatan biasa.
4. Bola harus dipegang di dalam atau diantara telapak tangan. Lengan atau anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola.
5. Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong, memukul, atau menjegal pemain lawan dengan cara bagaimanapun. Pelanggaran pertama terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran kedua akan diberi sanksi berupa pendiskualifikasian pemain pelanggar hingga keranjang timnya dimasuki oleh bola lawan, dan apabila pelanggaran tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencederai lawan, maka pemain pelanggar akan dikenai hukuman tidak boleh ikut bermain sepanjang pertandingan. Pada masa ini, pergantian pemain tidak diperbolehkan.
6. Sebuah kesalahan dibuat pemain apabila memukul bola dengan kepalan tangan (meninju), melakukan pelanggaran terhadap aturan 3 dan 4, serta melanggar hal-hal yang disebutkan pada aturan 5.
7. Apabila salah satu pihak melakukan tiga kesalahan berturut-turut, maka kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya (berturut-turut berarti tanpa adanya pelanggaran balik oleh lawan).
8. Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau dipukul dari lapangan masuk ke dalam keranjang, dalam hal ini pemain yang menjaga keranjang tidak menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila bola terhenti di pinggir keranjang atau pemain lawan menggerakkan keranjang, maka hal tersebut tidak akan dihitung sebagai sebuah gol.
9. Apabila bola keluar lapangan pertandingan, bola akan dilemparkan kembali ke dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang menyentuhnya. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan bola, maka wasitlah yang akan melemparkannya ke dalam lapangan. Pelempar bola diberi waktu 5 detik untuk melemparkan bola dalam genggamannya. Apabila ia memegang lebih lama dari waktu tersebut, maka kepemilikan bola akan berpindah. Apabila salah satu pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka wasit dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran.
10. Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan mencatat jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu apabila terjadi pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh untuk mendiskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang tercantum dalam aturan 5.
11. Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan apabila bola dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan bola, serta menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan sah tidaknya suatu gol dan menghitung jumlah gol yang terjadi.
12. Waktu pertandingan adalah 4 quarter masing-masing 10 menit
13. Pihak yang berhasil memasukkan gol terbanyak akan dinyatakan sebagai pemenang

Jumat, 17 Desember 2010

Jumat, 19 November 2010

cerita hati hinata chap 2

Disclaimer: Naruto@masashi kishimoto
Warning: OC, AU, lebay, (jika masih ada tolong beri tahu)
Rate: K(ini sudah masuk M ya? Tapi menurut feelingku yang selalu salah, ini masih dalam golongan rate K)
Summary: Naruto kembali! Aku pasti bisa mengungkapkannya….
~^kissing^~

Tidak! Itu tidak mungkin kan? Ini pasti bohong, pasti ini adalah mimpi. Gak mau… Neji?
Dia adalah kakak sepupuku yang paling baik. Walaupun sering menyiksaku, tapi aku yakin Neji sayang padaku, tapi kenapa?
Kenapa harus dia? Aku kan gak mau menyakiti orang lain, apalagi keluargaku sendiri.
Neji telah berada dibawah,
.
.
.
Tahun berlanjut, sekarang aku sudah bukan hinata yang lemah lagi, aku ingin sekali mengungkapkan perasaanku pada cowok yang sangat aku sukai itu. Yap! Tentu saja! siapa lagi kalau bukan Naruto, dia adalah cinta pertamaku, yang kuharap sekaligus cinta terakhirku yang akan mendampingiku sampai akhir nanti. Aku berharap.
Hari ini Guru Kurenai mengajak kami untuk berkumpul. Mungkin dia akan memberikan kami sesuatu yang memang kami butuhkan. Atau itu hanya pikiranku? Aku gak tahu, pokoknya gak tahu!
“yo! Hinata!” sebuah suara memanggilku. Siapa? Dari suaranya kuyakin dia laki-laki dan suaranya sangat familiar ditelingaku, tapi siapa?
Aku berbalik. Ternyata Kiba yang memanggil. “selamat pagi Kiba, Akamaru. Kalian sehat?” ucapku sambil tersenyum, wajahnya memerah. Ada apa dengannya? “kau sakit ya?” tanyaku lagi dan tanpa menunggu aba-aba aku langsung memegang keningnya. “hmm suhu tubuhmu normal.” Lanjutku. Namun aku tak tahu, wajah Kiba semakin memerah
GUK!!!
Gonggongan Akamaru membuatku mundur satu langkah “Akamaru, apa yang kau lakukan?” tanya Kiba pada Akamaru. Dari wajahnya, sepertinya dia marah pada Akamaru
“tidak apa-apa, Akamaru hanya ingin melindungi majikannya.” Ucapku lalu mendekati Akamaru dan mengelusnya “ Iya kan? Akamaru?”
Akamaru menggonggong, terlihat semburat merah pada wajah Akamaru juga “Akamaru, lain kali kau tak boleh seperti itu!” pesan Kiba pada Akamaru. Sekarang Akamaru tak lagi berada diatas kepala ataupun dalam baju Kiba, namun Kiba lah yang menaiki Akamaru. Akamaru berkembang pesat, namun aku khawatir dengan umurnya. Umur anjing kan gak lama, aku takut Akamaru lebih dulu meninggalkan Kiba dibanding Kiba yang meninggalkan Akamaru.
“seperti biasa ya? Kau tersipu dengan tingkah manis Hinata padamu” ucap seorang cowok lagi yang tiba-tiba ada diantara kami bertiga.
Aku menoleh ke sumber suara. Ternyata Shino, cowok sedingin es dikutub utara, yang sangat baik dan peduli padaku juga. Tentu saja mereka peduli, perintah Guru Kurenai kan begitu, “apapun yang terjadi, jika kalian bersama, kalian harus selalu menjaga dan melindungi Hinata!”
Akh… aku senang sekali mendengar perintah Guru seperti itu. Tapi seketika itu juga aku tak ingin hal seperti itu. Aku tak ingin merepotkan orang lain. Biarkan aku yang menanggung sakitku sendiri , lukaku sendiri, bahagiaku bersama mereka dan yang lainnya. Aduh, aneh. Tapi biarlah. Ini kan dunia perfanfic-an jadi aku bebas dong….
Hari ini Naruto akan pulang. Tertulis disuratnya seperti itu, bersama Jiraiya, si pertapa genit yang menjadi gurunya sekarang. Kufikir Naruto juga genit kan? Karena dia selalu saja berfikir mesum, tapi aku gak tahu yang pastinya dia baik. Aku akan selalu berada dibelakangnya, untuk mendukungnya dalam meraih semua impiannya. Termasuk impian menjadi hokage ke enam, menggantikan sunade-sama.
“berhenti menggodaku Shino!” teriak Kiba pada Shino. Yang akhirnya ketika aku sadar dari melamunku, mereka sudah saling mengejar satu sama lain. Ngapain sih mereka seperti itu? Kayak anak kecil saja.
“STOP!!!” teriakku pada mereka. Mereka langsung saja berhenti. Namun Kiba tak bisa menghentikan tubuhnya, dan…
“Argh!!!!!! Kiba!! apa yang kau lakukan?” Teriakku pada Kiba
Seketika itu juga aku menangis dan pergi meninggalkan mereka berdua. Dijalan, aku berpapasan dengan Guru Kurenai. Dia heran dengan tingkahku mungkin yang selalu tersenyum dan ceria dihadapannya. Tapi untuk sekarang?
Masa bodoh dengan semuanya!
Masa. . . .?
Masa. . . .?
Masa. . . .
Ciuman pertamaku diambil oleh Kiba? Aku gak mau! Padahal kan aku mempersiapkannya untuk Naruto, ketika dia datang nanti. Tapi arghhhhhhhhh
“SEBEL!!!!!!!!!!” teriakku yang berhasil membuat burung yang ada di hutan Konoha beterbangan.
Aku pulang kerumah dengan mata sembab, Kak Neji yang melihatku seperti ini langsung memberikan aku pandangan yang aneh
“Hinata…? Kau kenapa?” Tanya Kak Neji, ketika aku telah duduk di kursi ruang tamu.
Aku tak menjawab, tapi tangisku yang semakin menjadi membuat Kak Neji panic. Aku tak tahu, apa yang terjadi padanya, karena aku menutup mataku. Tiba-tiba bibirku menyentuh sesuatu. Apa ini?
Ku buka mataku dan aku sangat kaget. Kak Neji,
Arghhh betapa aneh hariku hari ini. Kenapa semua malah menciumku sih? Padahal aku hanya ingin dicium oleh Naruto. Tapi kenapa malah orang-orang yang tak kuharapkan yang melakukannya?
Argh!!!!! Menyebalkan! Kak Neji juga menyebalkan!
“apa yang kakak lakukan?” tanyaku ketika aku sudah bisa mngatur nafasku. Beneran deh, aku gak pernah tahu, kalau orang yang berciuman itu harus sesak nafas seperti ini.
“aku tak tahu lagi bagaimana menenangkanmu Hinata.” Ucap Kak Neji membela diri.
“tapi Hinata gak berharap seperti ini kak!” elakku. Aku langsung berlari meninggalkan semuanya. Masuk menuju kamar kesayanganku. Tempatku untuk mengeluh dan mengangis dalam diamku.
.
.
.
“Hinata ada?” terdengar sebuah suara mencariku. Aku yakin itu adalah Guru Kurenai. Dia adalah Guru Kesayanganku, yang selalu sayang padaku.
“langsung saja Guru, dia ada dikamarnya.” Ucap yang lainnya. Mungkin itu adikku Hanabi.
“Hinata!” teriak guru Kurenai sambil mengetuk pintu kamarku. Aku tak tahu, bagaimana ini? Mataku masih sembab. Apa alasanku untuk bisa menyembunyikan ini??
Aku membuka pintu sambil menundukkan wajahku. Aku malu jika Guru harus melihat wajahku seperti ini.
Guru telah masuk dikamarku dan duduk disampingku. Dia tengah berusaha untuk mengajakku agar mau bercerita dengannya. Tapi aku sudah berjanji untuk tak ingin membebani masalahku yang tidak penting ini pada siapapun.
“baiklah jika kau tak ingin. Aku takkan memaksamu Hinata. Oh ya, Naruto telah kembali. Sekarang dia tengah mencari sebuah kelompok yang cukup untuk dirinya” ucap Guru Kurenai.
Aku tahu Naruto akan kembali tapi aku tak pernah menyangka jika dia telah berada di Konoha.
Aku harus segera bertemu dengannya…
“Kiba dan Shino telah menunggumu di taman dekat kantor Hokage, jadi bergegaslah” ucap Guru Kurenai.
Akh…
Aku ingin bertemu dengannya cowok jabrik bermata biru yang selalu menjadi idolaku itu.
. . . .

Rabu, 03 November 2010

menanti kunang - kunang part. 2

tahun terus berganti. tak kusangka anak laki - laki yang muncul tiba - tiba dihadapanku itu kini menjadi teman sepermainanku. walaupun aku memiliki teman disekolah, namun tak ada yang bisa mengerti tentang bagaimana diriku. Mereka semua hanya mementingkan diri mereka sendiri.
sekarang aku telah menginjak bangku SMA, dan sebentar lagi akan kuliah mengambil jurusan yang aku sukai. Tapi aku harus tegar, karena aku akan berpisah dari mama, dan menyetujui tawaran papa untuk tinggal bersamanya dikota. mau tak mau aku harus menyetujuinya, mama juga sudah memberikan izin dan mendukung keputusanku tinggal dengan papa demi pendidikan yang akan menjadi penyelamat hidupku kelak.

besok adalah hari pelulusan. hari dimana kita akan mengecap usaha kita selama tiga tahun dibangku SMA. aku berharap nilai yang aku dapat tak terlalu buruk, sehingga aku bisa memilih universitas yang memang sejak dulu ingin kumasuki dan belajar didalam universitas tersebut.
"semakin hari, semakin sedikit ya kunang-kunangnya" ucap Bayu.
Aku hanya berbalik dan menatapnya, tanpa mengcapkan sepatah katapun. 'aku minta maaf, kamu pasti akan membenciku jika aku mengatakan ini, tapi aku harus. ini juga demi kebaikanku.' fikirku.
Aku kembali menatap kunang - kunang yang memang harus ku akui bahwa kunang - kunang tersebut semakin harinya semakin saja berkurang. Apa yang terjadi sebenarnya? Aku ingin sekali mengetahui sebab dari berkurangnya kunang - kunang didesaku tercinta ini.

Esok harinya, pengumuman hasil kelulusan untuk SMA seangkatanku. aku mendapatkan peringkat yang lumayan bagus. peringkat ke dua puluh dari seluruh siswa yang ada. dua tingkat diatasku terpasang nama Bayu.
Bayu memang selalu diatasku. dia lebih pintar dibandingku...
"Bayu, aku minta maaf. tapi aku harus menyusul papa ke kota. Aku sungguh tidak menginginkan untuk berpisah dengan mama, dengan desa yang damai dan indah ini, serta kamu Yu, namun aku harus melakukannya" jelasku.
"sudahlah Rena, aku tahu kamu akan pergi. tapi kufikir kau akan memberitahukanku dulu."
"aku minta maaf Bayu."
"sudahlah. tidak ada yang perlu dimaafkan" ucap Bayu tanpa ekspresi dan beranjak meninggalkanku.
Aku benar - benar minta maaf. tapi dengan marahnya kamu, aku tetap akan pergi menyusul papa ke kota. Mama sudah memberi Do'a dan papa sudah menanti disana.

menanti kunang - kunang part 1

=>himbauan: cerita ini sudah tak seperti aslinya karena aku lupa ceritanya secara spesifik, jadi aku menulisnya berdasarkan seperti apa yang aku ingat saja. jadi mohon maaf ya.......


"sayang, kamu dimana?" sebuah suara yang sangat kukenal memanggilku
"dibelakang ma. seperti biasa" jawabku
tak lama setelah itu, mama muncul dan menemaniku duduk dirumah pohon ini.
hanya mama yang menemaniku sekarang, karena papa bekerja dikota yang ada disebelah desaku. walaupun berdampingan, namun perbedaan antara desaku dan kota tersebut amatlah jauh. Kota tersebut bahkan tak memiliki sebuah pohon. kota itu tak punya waktu istirahat, setiap waktu adalah uang. bahkan tak ada asset yang tak bisa digunakan. terkadang papa datang untuk mengunungiku dan melihat keadaanku dan mama. Namun itu sangat arang terjadi. belakangan ini papa mengatakan bahwa papa sangat sibuk sehingga tak menyempatkan waktu untuk menengok kami.
"mama, kok kunang - kunangnya makin hari makin lama munculnya?" tanyaku pada mama..
mama hanya menatapku dan membelai lembut rambutku.
tak lama setelah itu, sebuah cahaya yang berkerlap kerlip muncul dan terbang kearahku.
Kunang- Kunang!
Dan tak lama setelahnya, menyusul kunang - kunang yang lainnya.
"Mama... indah banget..." ucapku sambil tersenyum penuh arti, lalu menatap mama. Lagi - lagi mama hanya tersenyum.

esok harinya, aku kembali duduk dirumah pohon ini
KRESAK...
sebuah suara mengagetkanku. tak mungkin dia mama, karena biasanya mama akan segera memanggilku dan langsung duduk menyapaku.
kunang - kunang yang telah aku tunggu akhirnya muncul juga, sehingga aku segera melupakan hal yang baru saja membuatku kaget
"kunang - kunangnya indah ya..." ucap seorang anak laki - laki yang seumuran denganku dan langsung duduk disampingku. Kontan aku kaget dengan kehadirannya yang tiba - tiba
"Jadi kamu yang tadi ada dibalik pohon ya?" tanyaku.
"ya..." ucapnya datar. lalu tersenyum padaku "aku baru pindah tadi pagi. Aku tak menyangka jika masih ada kunang - kunang didesa ini.
Jadi dia baru pindah ya ke desa ini. Aku tak pernah berbaur dengan orang lain, hanya mama yang aku kenal disini, papa juga.

_nanti saja ya lanutannya, mau warm booting dulu

Kamis, 14 Oktober 2010

kasih yang tak terganti

kasihmu takkan pernah tergantikan
setiap hadirmu kan selalu kukenang
kecupanmu kan slalu ku nantikan

kuingin menyapu peluh
yang terjatuh dari tubuhmu
kukan merawat engkau
seperti engkau merawatku dulu

seluas jagad raya
tak seluas kasihmu
sebanyak bintang
tak sebanyak cintamu

tingkah nakalku
takkan meruntuhkan kesabaranmu
besarnya cintaku
takkan mengalahkan ketulusanmu

mama....
kupersembahkan setiap mimpi ini untukmu
kan kucoba penuhi setiap harapan yang kau berikan
karena engkau adalah makhlukh terindah
yang pernah kudapatkan

Jumat, 01 Oktober 2010

jaga hatimu slalu _ seventeen

Seventeen – Jaga selalu Hatimu


Bm E A

kau jaga selalu hatimu

F# Bm E AMaj7

saat jauh dariku tunggu aku kembali


Intro : Bm E A F# Bm E A

Bm E A F# Bm E


AMaj7 DMaj7

mencintaimu aku tenang

AMaj7 DMaj7

memilikimu aku ada

Bm E

di setiap engkau membuka mata


AMaj7 DMaj7

merindukanmu selalu ku rasakan

AMaj7 DMaj7

selalu memelukmu penuh cinta

Bm E

itu yang selalu aku inginkan


D C#m Bm A

kau mampu membuatku tersenyum

D C#m Bm E A

dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti


Chorus :

Bm E A

kau jaga selalu hatimu

F# Bm E A

saat jauh dariku tunggu aku kembali

Bm E A

ku mencintaimu selalu

F# Bm E A

menyayangimu sampai akhir menutup mata


Solo : C G A 3x

C G E


D C#m Bm A

kau mampu membuatku tersenyum

D C#m Bm E A A7

dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti hooo


Chorus :

Bm E A

kau jaga selalu hatimu

F# Bm E A

saat jauh dariku tunggu aku kembali

Bm E A

ku mencintaimu selalu

F# Bm E A

menyayangimu sampai akhir menutup mata


Bm E A

kau jaga selalu hatimu

F# Bm E A

saat jauh dariku tunggu aku kembali

Bm E A

ku mencintaimu selalu

F# Bm E A

menyayangimu sampai akhir menutup mata


Int : Bm E A F# Bm E A

Bm E A F# Bm E


A

kau jaga selalu hatimu



Artikel Seventeen – Jaga selalu Hatimu ini dipersembahkan oleh Chordlaguindonesia.comLirik dan Chord Lagu Indonesia Gratis. Kunjungi Juga Free Download Mp3 untuk download lagu indonesia terbaru.

Jumat, 25 Juni 2010

Kamis, 24 Juni 2010

Sabtu, 05 Juni 2010

seen star luminosity from smiling

Seperti mentari yang memberikan sinar kesejukan pada setiap makhluk yang ada dibelahan dunia ini. Seperti bulan yang menemani malam bersama bintang yang bergemerlapan. Tapi mengapa engkau terus berdiam laksana batu yang tak punya kehidupan?

Tak urung niatku untuk melangkah, agar engkau tau apa yang tersembunyi dalam setiap potongan hatiku. Kuingin engkau menjadi pelengkap dalam puzle hatiku yang tak dapat kususun secara sempurna. Kekosongannya yang tak dapat tergantikan membuatnya menjadi tak tersentuh oleh puzle yang lain.

Meskipun langit berhenti menaungi, meskipun bintang lelah menemani bulan. Kau akan tetap ada dihatiku, sebuah kunci yang terus mencari gembok untuk membuka rahasia yang tersimpan didalamnya.

Secarik kertas terjatuh diantara tumpukan buku yang sudah usang. Seorang gadis kecil tersenyum saat membacanya entah apa yang terlintas dipikirannya. Terkadang senyumnya terlihat bahagia, tapi terkadang senyumnya seakan menyimpan sebuah rahasia yang tak seorang pun dapat menebaknya.

“sayang, kamu sudah selesai membereskan ruangan ini untuk menjadi kamar barumu?” terdengar sebuah suara seorang wanita paruh baya.

“sebentar lagi ma. Mungkin butuh waktu lama. Apa lagi ada beberapa yang mau aku simpan.”

“gak perlu disimpan. Semuanya itu barang punya papa dan mama. Semua itu sudah tak dapat kami pakai.”

“tapi aku ingin memakainya.” Suara gadis itu meninggi

“ya sudah, kalau itu maumu”

Setelah percakapan itu, dia kembali melanjutkan apa yang dia kerjakan sebelumnya. Membereskan sebuah ruangan untuk menjadi kamar barunya. Terkadang terdengar lantunan merdu dari bibir mungilnya. Pikirannya melayang jauh entah kemana ujungnya. Semua menjadi teka – teki bagi setiap orang yang melihatnya. Tatapannya memang selalu memberikan arti, meskipun begitu, arti yang dapat ditebak oleh lain hanya bahwa dia tak pernah ingin membuka hatinya untuk siapapun. Yach, siapapun.

“Quin, kamu sudah selesai membereskan kamar barumu?”

“belum kak, sebentar lagi.”

Dia terdiam. Duduk diatas sebuah ranjang dengan dialasi seprei lusuh yang dipenuhi dengan debu yang entah sudah berapa meter tingginya. Namun gadis itu tetap tak peduli dengan keadaan itu.

“kak! Coba sini bentar deh. Aku punya sesuatu yang mungkin kakak suka.” Teriak gadis itu.

Tak lama setelah itu, suara langkah terdengar dan semakin lama semakin mendekati ruangan gadis itu. Seorang cowok dengan tinggi sekitar 176 cm berdiri didaun pintu. Dengan seorang gadis kecil yang tingginya sangat berbeda jauh dengan cowok itu.

“Kak, Luna, coba deh baca buku ini. Kata – katanya bagus banget.”

“benarkah? Tapi, kakak tak begitu suka dengan kalimat romatis. Bisa – bisa image kakak jadi jatuh kalau ada gosip yang menyebar kalau kakak suka dengan kalimat romantis”

Tawa mereka meledak memenuhi ruangan itu. Wanita paruh baya yang sedang berada di dapur hanya menggelengkan kepala kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya. Menaruh barang ditempat yang seharusnya.

“buat Luna aja kak. Aku kan suka dengan kalimat romatis. Siapa tau aja kak Riku suka dengan kalimat – kalimat itu”

“Luna. . . Riku itu pacarku.”

“hehehe kan aku suka dengan kak Riku, kak.”

“Luna. Gak boleh gitu dong. Riku kan pacarnya Quin.”

“huh! Mentang – mentang aku yang paling kecil. Aku terus yang selalu mengalah.”

Quin dan Rendra hanya tersenyum melihat tingkah adik kecil mereka.

***

“perkenalkan. Namaku Quinshi Runa Hoshina. Kalian bisa memanggilku Quin. Aku baru saja pindah bersama keluargaku, jadi mohon bantuannya ya.” Gadis itu memperkenalkan diri kepada beberapa siswa yang sedang duduk didepannya. Peristiwa yang sama juga terjadi dengan Rendra dan Luna, hanya saja perkenalan Rendra lebih singkat. Hanya Luna yang berbeda sekolah. Rendra dan Quin hanya terpaut satu angkatan kelas.

“baik. Quin, kamu bisa duduk disamping Naoya.”

“Pak, apakah aku bisa duduk disamping Riku?”

“silahkan. Lagi pula, teman sebangku Riku tak ada.”

Quin terlihat senang saat melangkah menuju bangku Riku.

Riku adalah teman sekaligus pangeran Quin sejak kecil. Dulu mereka tetangga, namun karena alasan tugas kedua orang tuanya, akhirnya Riku memilih untuk ikut dengan kedua orang tuanya.

“tempat ini sudah ada yang punya sudah minggir sana.”

“ih Riku jahat deh. Masa gak kenal aku sih? Aku Quin!”

“siapa Quin? Aku gak kenal.”

Gadis itu kembali berpikir kemudian sebuah senyuman terbersit dalam pikirannya. “kamu masih ingat dengan Rendra?”

“ada apa dengan kak Rendra?”

“aku adiknya. Dulu kamu sering memanggilku Hoshina”

“eh beneran?!” Riku tiba – tiba berteriak

“Riku! Kalau tak ingin mengikuti pelajaran bapak, silahkan keluar.”

“maaf pak.” Ucap Riku tak lama setelah itu “eh jadi gimana kabarnya Rendra?”

Mereka terus bercanda sampai mata pelajaran bahasa berakhir. Mereka menuju ke kelas 2b SMA Mitsuki.

“kak Ren!!!” teriak Quin sambil melambaikan tangannya.

Mereka lalu berjalan menuju Rendra. Rendra tak bergerak dari tempatnya berdiri, menunggu Quin dan Riku berjalan ke arahnya.

Mereka bertiga bercanda. Riku baru ingat kalau Quin adalah teman bermainnya ketika masih berada di desa Aluto. Entah alasan apa banyak memory yang terhapus dari ingatan Riku. Mungkin karena faktor kecelakaan beberapa tahun yang lalu.

Sepulang dari sekolah, Riku mengunjungi rumah Quin. Mama Quin menyambut hangat Riku. Rendra langsung mengajak Riku ke kamarnya. Disana sudah ada Quin dan Luna, yang sedang bermain tepuk tangan. Gak pa – pa kan walaupun Quin sudah SMA, tapi kan Luna masih SD. Luna hanya mengenal Riku melalui foto dan cerita yang didengarnya dari kakaknya, Quin dan Rendra. Luna menjadi iri dengan Quin karena mendapat teman yang baik seperti Riku

“kak Rendra, yang ini ya yang namanya Kak Riku?” tanya Luna

“wah adik kecil dari mana kau tau namaku”

“oh ya Riku, perkenalkan adikku. Namanya Lunary, kau bisa memanggilnya Luna.” Ucap Quin, memperkenalkan Luna”

“salam kenal Luna. Memang benar, aku Riku.”

“wah gak nyangka ternyata kak Riku lebih keren dari yang aku pikirkan” ucap Luna sambil memangku dagunya di tangannya.

Riku hanya terdiam sambil terus memperhatikan Luna yang terus berdecak. Sampai Rendra mengagetkan Riku. Akhirnya mereka terus bercanda. Sekali mama Quin datang membawakan kue dan minuman untuk mereka. Mama Quin memang ramah pada setiap orang yang datang. Bagi Quin Rendra dan Luna, dia adalah mama yang selalu bisa diandalkan, baik dalam sahabat maupun untuk teman bermain dan menjawab tugas sekolah. Riku selalu iri dengan keluarga Quin karena Riku tak pernah mendapatkan kasih sayang seperti Quin dari orang tuanya. Walaupun Riku berusaha, tetap saja itu biasa saja bagi orang tua Riku. Namun jika hanya melihat sepintas orang lain iri dengan Riku yang selalu bisa membanggakan orang tuanya. Padahal orang tua Riku sendiri tak pernah bangga dengan dirinya. Sampai suatu hari terbersit keinginan Riku untuk mengambil perhatian orangtuanya dengan cara mencoba melakukan bunuh diri. Namun itu tak berhasil. Memang kedua orangtuanya panik dan datang untuk menjenguk satu – satunya ahli waris keluarga Sakurana. Aneh memang nama Riku, sewaktu kecil dulu Quin sering memanggil Riku dengan Rikushi. Dan selalu berhasil membuat Riku marah dan mengejarnya. Bagi Riku dengan adanya keluarga Hoshina sudah bisa menjadi pengganti keluarganya yang tak memperdulikan dirinya sama sekali. Dan dengan pindahnya Quin dan keluarga ke kota Raiko, berarti keluarga baru Riku telah kembali ke pelukannya. Hanya perumpamaan kok, arti sebenarnya adalah dia sudah mendapatkan kembali keluarganya. Aku yakin, kalian pasti mengerti.

“hahhh aku ingat sekarang. Kamu bukannya pacarku?!” teriak Riku membuat Rendra kaget. Quin hanya tersipu dengan kalimat yang baru saja diucapkan Riku.

“jadi selama ini kak Riku menganggap kak Quin sebagai apa dong?” Luna langsung saja menyerobot dan menanyai hal yang menurut Quin terlalu cepat. (menurutnya nih.)

“ahahahahahaha kau ini. . . kau cukup pintar untuk ukuranmu.” Ucap Riku sambil mengelus rambut Luna. Quin juga ikut tertawa dengan hal itu, dia betul – betul tidak berubah dengan setiap cewek maupun anak – anak yang dia temani. Pasti akan langsung akrab dan ramah pada siapapun itu. Ucap Quin dalam hati

Rion berdiri dan berjalan kearahku. Ngapain sih? Ucapku dalam hati

“mulai hari ini, aku umumkan kalau Hoshina kembali menjadi Quinku dan aku adalah King. Bersama selamanya sampai maut memisahkan kita.” Ucap Riku sambil melingkarkan tangannya dileher Quin.

“Amin. Semuanya sah?” ucap kak Rendra sambil menoleh kearah Luna

“SAH!!!” teriak Luna yang membuat semua harus menutup telinga saking kerasnya suara yang dia buat. Mama yang ada dibawah pun segera berlari menuju kamar Kak rendra karena takut terjadi sesuatu kepada para putra dan putrinya

“sudah waktunya makan siang. Riku juga ikutan ya… mama tau rumah Riku jauh, karena harus pakai motor”

“ketebak ya tante. Ya sudah, Riku ikutan. Kan gak enak menolak ajakan seorang wanita yang telah melahirkan anak – anak yang sebaik dan sekeren Kak Rendra, Quin, dan Luna” ucap Riku. Mama hanya tertawa sedikit lalu segera kebawah disusul oleh anak – anaknya plus Riku.

_bersambung_

Senin, 31 Mei 2010

gadis origami dan harapan

Langit begitu cerah, dan berjuta – juta udara segar segera menyeruak masuk kedalam rongga hidung Rian. Segera dia memperhatikan disekeliling jendela apartemennya, dan pandangan matanya tertuju pada sebuah burung kertas yang berserakan tak beraturan. Sudah beberapa hari kejadian itu terjadi, sehingga terbersit rasa penasaran didalam benaknya.

‘kira – kira siapa ya yang melakukannya?’ gerutu Rian.

Namun pikiran itu segera berlalu sehingga rencana untuk mencari tau siapa yang menaruh burung kertas itu dihalaman apartemennya. Tak lama berselang, dia segera bangkit menuju kamar mandi untuk segera bersiap – siap kekampus. Hari ini dia ada jadwal sehingga dia harus buru – buru kekampus. Tidak berleha – leha seperti biasa. Kegiatan yang dia lakukan dikampus selain mengikuti mata kuliah adalah nongkrong dengan teman sekaligus mengakses internet secara gratis. Bahkan kadang – kadang dia bersama dengan anggota band yang tidak jelas asal serta nama untuk band mereka. Hanya saja mereka senang untuk gabung dan melatih kemampuan mereka disetiap bidang yang ditekuni.

Ditempat lain, seorang gadis yang terlihat begitu pucat terus membentuk origami diatas kertas putih buram dengan berbagai bentuk, hingga sebuah dering handphone mengagetkannya dan menghentikan kegiatan melipat kertas origami dan dengan gontai berusaha meraih handphone yang bunyinya membahana diseuruh ruang apartemennya.

“halo…”

“sayang kamu dimana. Semua khawatir, termasuk kakakmu Rion. Dia panic setengah mati begitu dia pulang dan mengetahui kalau kamu menghilang dari rumah sakit selama masa…”

“mamaku sayang. Biarpun aku menjalani itu, aku tetap akan mati kan. Hanya memerlambat kematianku. Cepat atau ambat bagiku sama saja.”

“Yuuna sayang. Kamu dimana? Kakak khawatir. Kamu ada dimana? Setidaknya kakak bisa temani kamu, atai tidak menjengukmu jika kau tak ingin ditemani.” Kali ini terdengar suara cowok yang agak lebih keras nada dari nada suara wanita yang sebelumnya

“kakak… Yuunamu sayang baik – baik aja. Mungkin Yuuna agak jauh pergi dari rumah. Sekarang Yuuna ada dimamuju. Kakak tahu kan letaknya dimana?” ucap gadi pucat yang sejak tadi hanya terbaring sembari menerima telepon.

“ya ampun Yuuna sayang. Kenapa kau jauh sekali menghilang. Oke, kakak akan kesana sekarang. Kakak akan mengurus kantor kakak supaya bisa dipindahtugaskan dikota yang sedang kau tinggali. Kebetulan papa baru buka cabang disana”

“memang papa punya kantor disini?”

“aduuh adikku Yuuna. Papa sudah membangunnya beberapa bulan yang lalu.”

Dan percakapan terus berlanjut sampai gadis pucat itu menutup telepon dan mendesah panjang. Pikirannya melayang entah kemana hingga dia tertidur lelap dan bermimpi indah mengingat kembali masa ketika dia belum terkena penyakit terkutuk yang sebenarnya bisa sembuh jika dia ingin melihat kakaknya agak tersiksa. Golongan darah dan gen yang dia miliki hampir sepenuhnya mirip. Padahal mereka bukanlah saudara kembar. Tapi itu adalah sebuah keajaiban dalam keluarganya, karena belum ada kejadian yang sama dengan sepupunya yang lain. Papa dan mama mereka hanya heran ketika mereka tes DNA dan golongan darah.

Rian terus berkutat dengan computer berlayar buram dihadapannya. Sesekali kepalanya memperhatikan kertas coretan yang ada disamping monitor kemudian kembali menatap monitor sambil jari jemarinya memainkan tuts – tuts keyboard dengan lincah.

Terkadang rasa kantuk menguasai kepalanya sehingga ketika dia sudah mulai mengantuk, kepalanya akan beradu dengan monitor. Tiba – tiba terdengar bunyi aneh yang sering dia dengar ketika harus begadang untuk mengerjakan tugas hingga larut malam. Bunyi perut yang kelaparan dan ingin untuk segera diisi oleh beberapa snek agar mampu untuk begadang menyelesaikan tugas kuliahnya.

“baiklah. Aku tau kau pasti ingin makan” ucapnya sambil memegang perutnya yang terus mengeluarkan suara aneh.

Dia hanya mensave file yang baru saja dia ketik dan memasang komputernya dalam keadaan standby. Lalu menyambar jaket yang tergantung dibalik pintu apartemennya, dan tak lupa dia mengenakan topi yang dirajut sendiri oleh almarhum ibu kandungnya. Setelah ayah Rian menikah untuk kedua kalinya, ayahnya harus berkonsentrasi pada kedua adik tirinya yang masih kecil dan bandel.

Rian kini berada ditengah jalan yang dingin, basah dan lembab karena hujan baru saja mengguyur kota mamuju yang sudah tak seperti ketika dia masih kecil dulu. Sudah sangat ramai dan tentu saja beberapa hal yang tak dapat dideskripsikan jika tak melihatnya sendiri.

‘Alhamdulillah masih ada toko yang buka’ ucap Rian bersyukur. Dia segera mengambil roti tawar, selai coklat, dan beberapa minuman soda. Kebetulan isi kulkasnya sedang kosong. Tak lupa untuk mengisinya, dia membeli beberapa taro, oreo, dan beberapa snek lainnya. Tak lupa juga dia membeli beberapa karton susu. Untuk bahan pokok sehari – harinya selalu dia penuhi hanya pada hari minggu di pasar tradisional, bukan disupermarket. Alasannya sangat simple, dipasar tradisional semunya bisa ditawar, tapi kalau disupermarket semua harga sudah ditetapkan.

“semuanya seharga Rp. 120 ribu” ucap penjaga toko

Lalu Rian mengeluarkan selembar uang seratusan didompetnya dengan uang dua puluh ribuan. Sehingga tak ada uang kembalian seperti biasa. Rian segera melenggang meninggalkan toko dan bergegas menuju apartemennya.

Setibanya disana, segera Rian mengutak – atik belanjaannya. Separuh dia masukkan kedalam kertas dan yang lainnya dia bawa ke temat computer yang sedang standby. Setelah meneguk beberapa centi susu karton, dia lalu meletakkannya dimeja kecil disamping PC. Tragedy sebulan lalu membuatnya menghabiskan uang tabungannya hanya untuk memperbaiki monitor yang terkena tumpahan susu ketika tak sengaja dia meyenggolnya. Sehingga kali ini dia begitu hati – hati jika sedang begadang sampai pagi hanya untuk membuat tugas dari guru killer yang sangat da benci namun akan dia temui sepanjang dia masih kuliah di Universitas

“benar – benar tak baik. Andai saja aku bisa mengulang waktu…” Rian menyandarkan kepalanya dikursi yang sejak tadi dia gunakan untuk mengetik. Kemudian meraih taro dan membukanya “…tapi sudahlah. Ini semua sudah direncanakan oleh Allah. Aku harus bersyukur.”

Beberapa taro langsung habis didalam mulut Rian, bunyi taro yang bergesekan dengan gigi, mulut serta lidah dan langit – langit mulut Rian membuat rasa tersendiri untuknya. Snak taro yang tak terlalu hancur itu menghantam lambung yang membuatnya merasakan kantuk, namun dia tahan demi tugas kuliah yang harus dia kumpulkan beberapa hari lagi. Berpacu dengan waktu sungguh membuat dia lelah. Tapi begitulah nasib yang harus dia jalani untuk beberapa tahun ini. Sampai dia betul – etul bisa menjadi seorang pengusaha, agar ayahnya bangga dan bisa mengharapkannya, sebagai bayaran untuk ayahnya yang telah merawat ibunya ketika dia sakit, dan juga keharmonisan yang sudah mereka jaga selama bertahun – tahun. Walaupun kadang terlintas dibenaknya bawa kematian ibunya adalah karena guna – guna atau racun yang diberikan ayahnya, agar ibunya cepat mati dan segera menikahi janda yang memiliki dua anak itu. Tapi pikiran positif segera dia tepis, sehingga alternative untuk menghilangkan pikiran negatifnya, dia menatap langit yang terkadang ditemani bulan. Hanya dengan seperti itu, dia bisa merasakan bahwa ibunya tela berada disurga dan selalu memperhatikan setiap tingkah laku yang dia lakukan.

Ketika dia membuka jendela yang bisa dijadikan pintu menuju halaman apartemennya, kejadian yang sudah terjadi beberapa bulan ini terus menghantui pikirannya namun segea menghilang bagaikan pasir yang tertiup angin ketika dia melihat jam yang ada dimeja kecil disamping ranjangnya, yang kadang berfungsi sebagai tempat untuk menaruh snek ketika harus mengerjakan tugas sampai harus begadang.

‘burung kertas lagi? Sebenarnya siapa orang iseng yang selalu menaruh burung kertas dihalaman apartemenku?’… pandangannya tertuju pada origami kertas pink berbentuk bintang ‘kali ini bintang ya?’ lanjutnya dalam hati

Segera dia memungut semua kertas yang ada dihalaman apartemennya, dan kembali melanjutkan kegiatannya. Menatap bintang yang malam ini tak ditemani oleh bulan.

TOK TOK TOK

Suara ketukan dari pintu terdengar begitu mengganggu ditelinga Yuuna, dengan gontai dia menuju pintu dan segera membukanya. Beberapa koper yang ada dikaki orang yang sedang beada didepannya itu membuat dahi Yuuna berkerut.

“Yuuna. Jadi kamu tinggal disini ya?” ujar cowok yang sedang berada didepan Yuuna

Tanpa dipersilahkan, cowok yang berada didepan Yuuna segera masuk kedalam kamar Yuuna dan menaruh kopernya disembarang tempat. Langsung berbaring ditempat tidur Yuuna dengan perasaan bersalah.

“kak. . . Yuuna mau tidur. . . disitu. . .” ucap Yuuna menunjuk ranjang yang sedang ditempati cowok tu sekarang.

Cowok itu segera bangun “sini. . .” ucap cowok itu sambil memukul – mukul ranjang yang sedang dia tempati. “Kakak kangen sama kamu. Setelah kakak kulia di Jerman, kakak kembali lagi ke Jakarta. Kakak langsung mencari kamu. Tapi mama bilang kamu kabur lagi dari rumah sakit. Semua teman – temanmu tidak ada yang tau kamu dimana. Hanya mama merasa senang karena kamu masih tetap menghargai mama dengan tetap memakai handphone dan kartu yang diberikan mama sama kamu.” Ucap cowok yang sekarang sudah duduk disamping Yuuna.

“kak. . . Yuuna minta maaf. . . Yuuna rasa. . . terapi itu. . . takkan berhasil. . . biar bagaimanapun penyakit Yuuna pasti akan merenggut nyawa Yuuna. Terapi itu anya akan memanjangkan sedikit nyawa Yuuna namun mengakibatkan efek yang tak Yuuna sukai. . . Yuuna tidak suka. . .” ucap Yuuna. Dia erusaa menyembunyikan wajahnya dibalik rambut yang sudah mulai menipis, tak setebal dulu. Bulir – bulir bening mengalir diwajahnya, sehingga tetesan – tetesan kecil membuat tangannya basah.

“yuuna sayang. . . kakakmu ini akan tetap ada bersamamu sampai kapanpun.” Ucap Rion lalu memeluk Yuuna erat. Yuuna tak memberontak seperti biasa, karena kali ini dia betul – betul membutuhkan kasih sayang itu. Kasih sayang yang selama ini dia tolak selain papa yang memberikannya, dan terkadang dia juga menolak kasih sayang yang diberikan oleh kakaknya, sekaligus saudara satu – satunya.

“bentar ya kak…” Yuuna segera berdiri dan mengambil beberapa origami dan melemparkannya “selamat tinggal. Jika memang besok aku masih hidup. Aku pasti akan melakukannya lagi, dan bertemu dengan orang yang Yuuna suka. Pasti…”

Yuuna segera kembali dan tidur dipangkuan Rion. Rion tak tidur untuk malam itu. Hanya demi menjaga adiknya untuk satu malam saja. Rambut halus Yuuna yang menipis sewaktu menjalani terapi melindungi wajah Yuuna, sehingga Rion mengambil tiap – tiap helai rambut Yuuna dan menyatukannya bersama rambut lainnya. Wajah Yuuna tak setenang dulu ketika ingin tidur. Wajahnya juga tak semerona ketika masih sehat dulu. Penyakitnya membuat perubahan yang begitu besar kepada adiknya.

_mimpi Yuuna_

Yuuna kembali lari pagi di pantai mamuju. Hari ini lebih ramai dari hari sebelumnya, karena ari ini adalah hari minggu. Jadi banyak orang termasuk siswa sekolahan yang seumuran Yuuna juga ikut memeriahkan jalan subuh kali ini. Ada beberapa anak cewek dan cowok yang menghuni lapangan basket kodim. Tak lama setelah mereka mengobrol, mereka mengambil bola dan segera memulai latihan.

BRUK

Yuuna terjatuh karena menabrak seseorang. Benturan yang dialaminya membuat kepalanya pening.

“kamu tidak apa – apa?” ucap orang yang ditabrak Yuuna.

“aku gak. . .” ucap Yuuna mencoba bangkit. Namun pening dikepalanya semakin terasa sehingga dia harus kembali jatuh. Untung cowok yang ada didepannya segera menangkapnya. “maaf. . .” ucap Yuuna lirih, dan enta didengar ole cowok yang menolongnya atau tidak.

Sepintas dia meliat wajah cowok yang dia tabrak dan menolongnya

‘keren banget. . .’ ucap Yuuna dalam hati. ‘mungkinka aku isa memilikimu seelum penyakit ini merenggut nyawaku?’ ucap Yuuna lagi sehingga Yuuna memilih untuk menundukkan wajahnya dibandingkan terus menatap cowok yang sekarang sedang menggendongnya.

_end_

Sinar mentari pagi menimpa wajah Yuuna. Ribuan cahaya segera berlompatan masuk kekornea mata Yuuna dan membuat Yuuna merasa silau, namun tak lama setelah itu, semua kembali pada keadaan semula.

“pagi kak” ucap Yuuna ketika Rion menghidangkan makanan untuk mereka berdua.

“pagi juga adikku” balasnya.

Ketika Rian membuka pintu sekaligus jendela beranda apartemennya, beberapa origami telah menghuni berandanya.

“kali ini aku harus mendapatkan siapa yang menaruh origami ini diberanda apartemenku” ucap Rian berapi – api. Kali ini dia menanam tekad dan ucapan itu dipikirannya sehingga tak mudah hilang begitu saja.

***

Ketika pulang dari kampus, Rian segera menuju berandanya, dan ternyata dugaannya benar. Dia menemukan beberapa origami tergeletak begitu saja dihalamannya. Sehingga dia berinisiatif untuk menunggui kertas berikutnya jatuh keberandanya.

Dan~~~

Perut Rian berbunyi meminta jatah yang seharusnya diberikan sejam yang lalu. Tapi terus dia tahan. Akhirnya dengan perasaan yang tak begitu baik, dia mengambil makanan bungkus yang tadi dia beli diwarung sebelah kampusnya, dan mengambil snek yang ada didalam kulkas untuk segera dia bawa ke beranda.

Ketika ada diberanda, beberapa origami sudah ada dihalamannya. ‘aduh! Andai saja aku tidak masuk kedalam untuk mengambil makanan, aku pasti sudah mengetahui siapa yang selalu menaruh origami diberandaku.’ Gerutu Rian.

Setelah makanannya habis, kini perasaannya berubah menjadi rasa kantuk yang sangat. Ketika dia berusaha membuka matanya, origami itu berjatuhan satu persatu sehingga jumlah semua origami burung itu berjumlah 5 buah. ‘terlalu sedikit ya, tapi setidaknya aku tau, kalau origami itu jatuh dari atas apartemenku. Sebenarnya siapa sih?’ fikir Rian.

Didepan pintu, Rian mengetuk pintu beberapa kali kemudian menunggu respon, kemudian mengetuk lagi.

“siapa ya?” ucap seseorang yang kemudian membuka pintu

“maaf. . .”

“mau cari kakak ya? Maaf, kakak lagi keluar beli makanan. Tunggu saja.” Ucap gadis

“Bukan… aku Cuma mau nanya, origami ini apakah jatuhnya dari kamar ini?” ucap Rian seraya memperlihatkan origami burung dan bunga ditangannya.

“itu punyaku. Maaf ya…” ucap Yuuna sambil menunduk “maaf kalau mengotori beranda apartemenmu.” Lanjut Yuuna lagi.

“bukannya begitu. Maaf sebelumnya, tapi sejak kecil aku tak pernah bisa membuat origami. Kalau bisa, ajarkan aku ya?!” ucap Rian

Semenjak saat itu, setiap kali Rian pulang dari kuliah, dia pasti membawakan beberapa kertas agar bisa belajar membuat origami burung

_bersambung_

nanti dilanjut lagi ya....

Kamis, 13 Mei 2010

setiap orang pasti pernah berharap. dan dari harapan itu terciptalah sebuah karya
impian juga demikian. karena dari impianlah setiap orang berharap lalu harapannya itu dia gunakan agar semua keinginannya menjadi kenyataan
tapi aku tidak demikian.
aku suka sekali bermimpi
tapi tak ada satupun harapan yang dapat aku wujudkan.
kasian sekali bukan...
tak ada yang mendukung setiap harapan dan impian yang terucap dari bibir mungilku

aku tau mereka sangat sayang akan diriku.
fisikku memang lemah. tapi apakah aku tidak dapat bermimpi dan berharap sama seperti yang lainnya?