Selasa, 26 Juli 2011

LOVE YOU SO....... Part 2

Part 2
Masa Lalu



“BODOH!!!!! Apa yang salah dengan semua ini? Kenapa kamu gak ingat aku sama sekali?” Ucap Bisma didalam Kamarnya. “Apa kamu gak tahu bagaimana rasanya menunggu untuk bertemu kembali denganmu. Melihat senyum yang selalu kau banggakan dengan mengucapkan senyum termanismu hanya untuk diriku. Dan begitu juga sebaliknya.” Bisma meremas kepalanya seakan ingin mencabut semua rambut.
“TIDAK! Pokoknya akan kubuat kamu ingat diriku lagi Rena. Kamu yang membangun mimpi itu, maka kamu juga yang harus menyelesaikannya agar menjadi kenyataan yang indah.” Ancam Bisma yang masih didalam kamarnya. Teriakan putus asa yang sejak tadi dia kumandangkan membuat teman sekamarnya yang asyik dengan mimpi indahnya terganggu.
“Oiii Mang! Kalo mau tereak-tereak jangan disini. Aku lagi tidur nih!” teriak Dicky dalam keadaan mata tertutup tentu saja.
“Ohhh… Sorry deh Chi, gak sadar kalau kamu dah tidur. Hehehe….” Bela Bisma kemudian cengengesan gaje.
“Udahlah. Cepetan aja tidur, males tau nggak dengerin tereakan gajemu itu.” Sahut Bisma lagi yang membuat Bisma mengalah dan memilih untuk segera tidur.
Hati Bisma ingin sekali berteriak, meneriakkan segala hal yang menyangkut tentang Rena. Tapi akal sehatnya terus menolak untuk melakukannya. Hanya dengan kekocakan yang selalu dimiliki Bisma, Akhirnya Rena mulai dekat dengan Bisma. Dengan segala kebaikan yang tentu saja dapat dibaca oleh anggota Smash yang lain. Namun Bisma masih harus bersabar karena Rena tidak memiliki perasaan yang peka, sehingga Rena hanya menganggap Bisma baik padanya sama seperti anak-anak yang lain baik padanya. Bisma hanya yakin satu hal, Setiap Usahanya pasti akan mendapat balasan. Jika memang Rena bisa mengingat setiap potongan masa lalunya, maka hati Bisma tak akan hancur lebih buruk disbanding sekarang. Dan jika Rena tak bisa mengingat potongan tersebut, entah apa yang harus Bisma lakukan lagi.
Sudah beberapa minggu Rena tinggal di kediaman Smash, dan tinggal beberapa hari lagi untuk memulai kuliahnya disebuah universitas swasta bersama kedua kakaknya beserta anak-anak Smash yang lain. Dan hari ini adalah hari pertama mereka menjalani masa ospek. Ilham dan Rena baru masuk tahun ini sehingga mereka bersamaan berangkat. Sementara Reza and anak-anak Smash yang lain masih ada di rumah. Sekarang masih jam 6.30 pagi, dan beberapa dari anak-anak Smash masih menikmati mimpi indahnya.
“Ichi, bangun dong. Emang mau bangun jam berapa?” Ucap Reza sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dicky yang masih asyik tidur dibalik selimut sambil memeluk gulingnya.
“Emang sekarang jam berapa sih Ca?” Sahut Dicky dalam keadaan mata tertutup dan suara yang dipaksakan keluar.
“Jam 7.30 lewat. Cepetan donk, katanya hari ini ada mata kuliah?”
“Mata kuliah apanya? Sekarang sebagian dosen pada ngurusin murid baru, dan separuhnya lagi milih meliburkan diri. Mata kuliah bakalan ada setelah ospek maba selesai.” Terang Dicky. Namun kali ini matanya sudah terbuka dengan baik. “Ntar aja deh ngomongnya. Dah keburu bangun, pengen mandi.” Lanjut Dicky buru-buru kemudian meninggalkan Reza yang masih berdiri disamping tempat tidur Dicky.
“Bagus deh kalau kamu dah bangun. Emang ni hari gak ada mata kuliah kok. Hihihihi…” ucap Reza disertai tawa khasnya lalu beranjak meninggalkan kamar Dicky menuju kamar teman-temannya yang masih asyik tertidur.
~Skip time~
Anak-anak Smash tanpa Ilham kini menikmati sarapan bersama. Ke enam anak-anak Smash itu memilih menu yang sama, roti dengan selai coklat.
“Hari ini ada Jadwal Perform di XXX. Kalian sebaiknya bersiap-siap ya.” Kata Mbak Icha ketika muncul dari dapur membawa beberapa roti bakar dan menghidangkannya di meja anak-anak Smash. Mbak icha mirip banget ibu buat anak-anak Smash, ya kan?
“Tapi Mbak, Ilham kan masih ikut Ospek.” Sahut Reza mengingatkan Mbak Icha, lalu memasukkan roti kedalam mulutnya.
“Yang itu sudah Mbak fikirkan. Berhubung acaranya memang sore, Mbak yakin Ilham dan Rena sudah pasti pulang dari Ospek.”
“Ngapain juga Rena diajak-ajak? Dia kan bukan anak Smash.” Sahut Morgan sinis.
“Apa-apan kau Gan?” Teriak Mbak Icha, Reza dan Bisma bersamaan.
“Bercanda-bercanda. Serius amat sih?” jawab Morgan buru-buru agar tak terjadi kesalah pahaman yang mendalam.
###
Jam Istirahat untuk Rena dan Ilham, sehingga kini mereka menikmati makan siang dikantin kampus, mereka tampak asyik dengan pesanan masing-masing.
“Kamu Ilham Smash kan?” Tiba-tiba seorang cewek datang ditengah-tengah canda tawa mereka.
“Iya kak.” Jawab Ilham polos.
“Oiii, ternyata anggota Smash maho yang terakhir daftar dikampus kita juga. Ngikutin jejak kakaknya kali ya” teriak cewek itu. Suaranya terdengar ke seluruh penjuru kantin.
BYURRRR
Sekujur tubuh cewek itu basah terkena kuah mi yang sejak tadi dinikmati Rena. Ternyata sejak tadi Rena mendengarkan setiap kata yang terucap dari mulut cewek tersebut.
“Dengar ya kak! Walaupun aq junior disini, aku gak pernah bisa nrima kedua kakakku dihina seperti itu. Kalau benci ya benci saja. Gak usah ngejek-ngejek kayak gitu. Lagian kakakku kan gak pernah ngusik kehidupan kakak senior. Jadi biarin saja.” Ucap Rena. Yang membuat cewek itu bungkam untuk beberapa saat.
“Kau……. Kau…….. Tunggu balasan dariku!” Akhirnya Cewek itu tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dan lebih memilih untuk pergi meninggalkan Rena dan Ilham.
“RENA!! Kau apa-apaan sih?” Bentak Ilham.
“Aku gak senang kak Ilham ma Kak Reza diejek seperti itu.”
“Emang kamu tau arti Maho?” Tanya Ilham yang membuat Rena kembali diam. Kemudian dijawab gelengan oleh Rena. “Bener kan gak tahu. Kamu ini selalu saja bertindak seenak jidat. Hufhhh…..” Ilham menarik nafas panjang beberapa kali, “…… Maho tuh gay. Ngerti gak sih adikku sayang?” Tanya Ilham lagi yang lagi-lagi dijawab dengan anggukan tanda mengerti.
Jam istirahat berakhir sehingga harus kembali ke gugus masing-masing. Rena dan Ilham berpisah karena gugus mereka berbeda. Kali ini Rena mendapat dua kali lipat perintah dari sebelumnya. Tapi Rena hanya mengikutinya dengan pasrah dan tentu saja tanpa suara yang tidak perlu. Tanpa disadari Rena, bahwa ada yang memperhatikan gerak geriknya dari jauh. Setiap yang dilakukannya tercatat di dalam memori orang yang memperhatikan Rena. Orang tersebut tenggelam dimasa lalunya, sampai ada seseorang yang menepuk pundaknya sehingga membuyarkan setiap lamunannya
“Pulang yuk. Bentar lagi kita kan perform, udah lah……… Dirumah, kamu tetap bisa liat dia kok”
“iya deh. Makasih ya dah temenin.”
“KAK BISMA! KAK MORGAN!!” Teriak Rena ketika melihat Morgan dan Bisma beranjak dari tempat duduknya yang sejuk.
Rena berlari-lari kecil menuju kedua orang yang dipanggilnya tadi. Bisma menoleh dengan senyuman ceria dan lebar seperti sebelumnya, tapi berbeda dengan Morgan. Morgan hanya menoleh sekilas kemudian kembali ke acara membaca buku yang sejak tadi dia tekuni ketika menemani Bisma memperhatikan setiap gerak gerik Rena yang tengah diospek.
“HEH! Kalo gak segera balik kesana, kena marah tau rasa kau!” Ancam Morgan dari balik bukunya.
“HUH!!! Kak Ogan kok sadis banget sih jadi orang? Gak pernah baik-baik sama Rena!!” Teriak Rena dengan wajah cemberut.
“Hahahaha……… Kak Morgan cuman bercanda kok Rena, iya kan Gan?” Tanya Bisma mencoba menghibur Rena, sementara yang ditanya hanya menjawab mungkin.
“Bercanda-bercanda. Kau ini gak bisa banget deh dicandain dikit aja langsung marah kayak gitu, gimana bisa punya pacar?” Tanya Morgan seraya mengacak-acak rambut Rena yang dipenuhi kepang….
“KAKAK, RENA MASIH MAU BALIK KE GUGUS NIH!” Teriak Rena kemudian menarik tangan Morgan dari kepalanya “Gak perlu kok kak, selama kak Bisma mau nemenin Rena sih pacar itu gak perlu. Kan kak Bisma dah janji mau ada buat Rena.” Lanjut Rena kemudian tersenyum semanis mungkin menatap wajah Bisma. Bisma yang diberi senyuman manis itu membalas senyuman manis Rena.
“Emang kapan Mamang ngatain itu ke kamu, Ren?” Tanya Morgan yang kini tanpa buku ditangannya. Buku tersebut telah tersimpan rapih dibalik kantong celananya.
“Beberapa hari setelah Rena datang kesini. EH…… Maaf kak! Rena lupa kalau itu gak boleh diberitahu orang lain.” Ucap Rena kemudian menutup mulutnya dan menatap Bisma dengan mata memohon dan berharap.
“Apa-apaan kau Bisma? Bukannya kita semua dah janji bakalan main adil?” sahut Dicky yang tiba-tiba muncul dari balik pohon, disusul oleh anak-anak Smash yang lain.
“Eh…… ada kak Ichi, sudah lama datang ya kak?” Sahut Rena bersemangat….
“Gak lama juga kok dek, cuman Mamang Bisma aja yang sejak tadi nungguin Rena.” Sahut Dicky tanpa menoleh dari PSP yang sedang dia mainin.
“Eh, Kak Bisma nungguin Rena sejak tadi?” Tanya Rena dengan wajah polosnya.
“Eh… Ng… gak kok Ren, aku gak lama juga nungguin Rena.” Jawab Bisma terbata-bata
“Ya udah deh kak. Ntar ketua gugus Rena marahin Rena karena telat masuk kelas. Bye All…” Ucap Rena sambil melambaikan tangannya dan meninggalkan ke lima anak-anak SMASH
“Di-rimu ha-dirkan sgala canda dan ta-wa yang mampu tenangkan ha-tiku. Kuharap waktu ini~ berhenti disini, agar aku~ bisa bersa-mamu…” Sambil jalan Rena mendendangkan lagu yang entah milik siapa…
“RENA!” Teriak Morgan.
Seketika nyanyian Rena berhenti kemudian berbalik ke arah Morgan “Ada apa kak?” Tanya Rena ketika sudah berbalik.
“Lagu yang kamu nyanyikan milik siapa?” Tanya Morgan lagi, yang membuat Reza, Dicky, dan Rangga memandang Morgan dengan tatapan penuh Tanya.
“Lagu yang tadi? Gak tahu milik siapa kak, tapi setiap kali Rena nyanyiin lagu itu, pasti Rena ngerasa tenang, trus entah kenapa lagu ini berbekas banget dihati Rena. Rena slalu bayangin nyanyiin lagu ini dengan cinta pertama Rena. Tapi Rena gak ingat siapa dia. Memangnya kenapa kak?” Terang Rena panjang lebar.
‘jadi kamu masih mengingatku dalam bayang hitammu. Kapan kamu akan membawaku kedalam cahaya terang?’ fikir Bisma ketika mendengar penjelasan Rena.
“Ah, gak apa kok Ren. Cuman mau tau lagu itu saja, coz kamu orang kedua yang nyanyiin lagu itu. Keseluruhan lagunya itu bagus banget, ntar pulang kerumah nyanyiin sampe selesai ya!” Pinta Morgan.
“Rena gak hafal semuanya kak! Cuma beberapa yang bisa Rena ingat, potongannya pun gak nyambung, tapi Rena yakin itu lanjutan dari lirik yang lain.”
“yah…. Ya udah deh, ntar langsung pulang ya. Mungkin kamu bisa dengar lagunya secara lengkap.” Jawab Morgan
“Mungkin aja kak. Ya udah deh kak, bye lagi…. Kali ini Rena mesti benar-benar masuk kelas nih!” sahut Rena kemudian berlari tanpa bersenandung lagi, takut dipanggil Morgan lagi.
Setelah sampai di kelasnya, Rena langsung mendapat masalah karena terlambat masuk. Rena mendapat hukuman berlari dari ujung ke ujung tiga kali. Tentu aja Rena gak kuat berlari dari ujung ke ujung koridor sekolah, tapi Rena berusaha melakukannya hingga menghabiskan waktu lebih banyak dari jam ospek seharusnya, dan Ilham harus menunggu dengan gerutuan yang panjang untuk Rena.
Sementara di tempat perform, ke enam anak-anak SMASH sedang gelisah menunggu kedatangan Ilham, karena pertunjukan sudah dimulai.
“Kamu telfon I’am dong Ca, suruh buruan. Ntar kita dapat masalah karena keterlambatannya.” Saran Rafael yang sejak tadi sibuk bolak-balik mengkhawatirkan anggota terakhir SMASH yang belum datang sampai sekarang. Maklum saja, Rafa kan yang paling tua, jadi dia yang paling banyak memikirkan hal-hal tentang SMASH di banding yang lain.
“Iya, Coco. Ini juga lagi hubungin I’am. Tunggu bentar napa sih?” Kali ini gantian Reza yang sewot.
tak berselang kemudian, Ilham datang dengan Rena yang masih berpakaian sekolah.
“I’am, kamu kok gak pakai seragam kayak kita sih?” kali ini Rangga yang ambil alih marah-marah, karena Ilham masih berseragam ospek yang lengkap dengan barang-barang yang dipakai selama ospek.
“Maaf deh Ga, tadi gak sempat gantian. Coz dimobil bukan cuman aku aja, ada Rena juga.” Jawab Ilham ngeles.
“Bohong tuh kak Rangga! Tadi Rena udah nyuruh gantian dimobil, tapi tetep aja Kak Ilham gak mau. Katanya mau gantian disini aja.” Bela Rena.
‘Rena bodoh!’ gerutu Ilham dalam hati.
“Ya udah. Kamu cepetan aja gantian.” Kali ini Mbak Icha yang ngambil alih pertengkaran dan menyodorkan baju berwarna putih yang sering di pakai ketika perform.
Akhirnya giliran SMASH tampil tiba juga. Ketika SMASH muncul ke panggung, banyak yang meneriakkan anak-anak SMASH, terutama Bisma dan Morgan. Sahutan untuk Bisma dan Morgan yang paling terdengar disbanding yang lain.
Rena yang suntuk menunggu keluarga barunya selesai perform melihat gitar yang tak terpakai ketika mengedarkan pandangannya.
“Gitar yang sama… apa aku bisa mengingat semua potongan masa laluku yang sempat hilang?” Ucap Rena sambil berjalan menuju gitar yang diparkir tersebut.
Rena mulai memainkan nada pembuka untuk potongan masa lalunya. Nada yang selalu terngiang di telinga dan fikirannya ketika memegang gitar. Ingatan masa lalu yang selalu ingin dia ingat, namun tak pernah berhasil dia lakukan.
Pertemuan kita di sore itu
Aku yakin takdir Tuhan
Dirimu hadirkan sgala canda dan tawa
Yang mampu tenangkan hatiku

Rena berhenti bernyanyi dan digantikan oleh nada untuk memberi jarak lagu yang kini dia mainkan, dan tanpa di sadari Rena bahwa SMASH telah selesai perform.
Andai ku dapat meminta
Ingin sekarang waktu berhenti
Agar kamu bersamaku slama~nya…

Sepotong nada kemudian mengisi lagu yang dinyanyikan Rena. Ketika Rena bernyanyi kembali, tiba-tiba Morgan dan Bisma ikut bernyanyi bersama.
Kuharap cinta kita abadi slama~nya
Seperti Romeo dan Juliet
Kuharap cintamu untukku slamanya~
Agar bahagia slamanya
I hope this feeling can be forever
Like romeo and Juliet
I hope your Love are for me forever
For happiness all the end
Lagu dua kali dinyanyikan bersama Morgan dan Bisma sampai pada akhirnya lagu selesai dinyanyikan dengan nada penutup.
“Lagunya bagus banget, kok Morgan dengan Bisma tahu lagu yang dinyanyiin rena sih?” Sahut Mbak Icha yang terpana dengan penampilan Morgan, Bisma, dan Rena.
“Eh…. Bener juga. Kak Bisma ama kak Morgan kok tahu lagu Rena sih? Ini lagu yang….”
Tiba-tiba potongan masa lalu yang dilupakan oleh Rena kembali teringat. Satu persatu potongan masa lalunya teringat, yang membuat Rena merasakan sakit kepala yang hebat. Dan tentu saja, membuat ke tujuh anak-anak SMASH beserta Mbak Icha yang seorang menejer panik dengan keadaan Rena. Tak berselang lama, Rena pingsan karena tak bisa menahan fikirannya yang terus melayang menuju masa lalu yang tak pernah bisa dia ingat.
Bisma yang tercepat mengambil Rena sebelum terjatuh ke lantai, kemudian membawanya menuju mobil. Tidak semudah membawanya, karena terlalu banyak fans SMASH yang menunggu. Namun apa gunanya pengawal kalau tidak bisa digunakan di waktu sekarang?
Dan akhirnya Rena dan Bisma tiba di mobil dengan raut wajah cemas terpasang tepat di wajah Bisma. Bisma lebih dulu pergi meninggalkan anak-anak yang lain. Sementara Reza dan Ilham yang notabene saudara kandung Rena terbengong-bengong dengan tingkah Bisma yang tiba-tiba.
“Gan, ada apa dengan Bisma? Kamu kan yang paling dekat dengan Bisma, jadi pasti tahu kan kenapa tiba-tiba Bisma seperti itu?” Tanya Reza.
“Tunggu saja. Kamu juga bakalan ngerti kenapa Bisma jadi kayak gitu. Pokoknya tunggu waktu yang bicara deh.” Jawab Morgan enteng
“Gak boleh gitu dong! Kita kan dah seperti saudara, siapa tau aja kita semua bisa bantu?” sahut Rafael bijak
“Iya, bener kata Coco” kali ini Rangga menengahi
“Hu-um. Kalau kita tahu kan kita bisa bantu.” Sahut Dicky kemudian meraih ranselnya dan merogoh PSP yang selalu jadi belahan hatinya.
……………..

To be continued

Sabtu, 16 Juli 2011

LOVE YOU SO....... Part 1

Pertemuan


“Rez, Il, apa benar adik kamu bakalan datang ngunjungin sekalian liat kita-kita latihan?” Tanya Bisma di suatu siang disela-sela istirahat latihan mereka.
Reza dan Ilham yang ditanyai hanya mengangguk senang. Tak lama setelahnya mereka kembali latihan, dan kali ini Reza dan Ilham mengikuti latihan dengan baik. Bahkan selama latihannya mereka berdua hanya beberapa kali melakukan kesalahan, padahal koreografi yang diajarkan baru pertama kali. Mungkin karena perasaan mereka yang senang mengingat adik mereka akan datang dan menginap untuk beberapa hari menemani kedua kakaknya latihan.
Sementara dilain tempat, orang yang dibicarakan sedang mengepak barang-barangnya untuk dibawa selama berada ditempat kakaknya
“Rena, kamu yakin mau pergi sendiri menengok kedua kakakmu? Tidak perlu diantar oleh papa atau mama?”
“Tidak Ma. Rena ingin mencoba melakukan segala sesuatunya sendiri, tidak mau bergantung lagi sama mama dan papa. Lagi pula kan bentar lagi ulang Tahun Rena yang ke tiga belas. Itu berarti Rena sudah harus bisa mandiri, supaya gak ngerepotin mama dan papa serta kak Reza dan Kak Ilham.” Ucap gadis yang bernama Rena itu seraya menyusun pakaian masuk kedalam koper yang lumayan besar.
Mamanya hanya tersenyum mendengar alasan yang diberikan anaknya. “ternyata anakku sudah mulai bisa mengerti tentang hidup. Setidaknya jika suatu saat nanti Allah mengambil nyawak. Aku tidak perlu menghawatirkan mereka. Karena anak bungsuku sudah mulai dewasa” ucap Mamanya dalam hati dan tanpa sadar dia tersenyum sendiri dengan apa yang tengah dia fikirkan saat ini.
“Mama? Mama melamun ya?” Tanya Rena dengan wajah penuh tanda Tanya dan tentu saja dengan wajah yang lucu karena tengah menahan tawanya.
“Nggak kok.” Ucap Mamanya ngeles
“ahh, Mama bohong. Buktinya, tuh lipatan mama amburadul. Gak ada bentuk dan lipatnya juga asal-asalan. Mama niat bantu atau tidak kalau gitu” ucap Rena sambil menunjuk-nunjuk pakaian yang ada di tangan mamanya “itu loh Ma” lanjut Rena lagi dan masih menunjuk-nunjuk apa yang kini tengah dilakukan oleh mama tercintanya.
Sang Mama yang bingung dengan apa yang dilakukan Rena mencoba untuk melihat apa yang seja tadi ditunjuk terus oleh putri satu-satunya itu. Dan ketika melihat lipatannya, benar saja, lipatannya tak berbentuk, karena jika ingin dikatakan melipat melingkar, tak juga dikatakan seperti itu, karena masih ada sudut. Dan jika ingin dikatakan kotak atau balok tidak juga karena hampir saja mendekati bulat. Menyadari kelakuannya sendiri, Mama Reza yang notabene mama Reza, Ilham, dan Rena ini hanya tersenyum geli dengan apa yang tengah dibuatnya.
Berselang dari insiden lucu+memalukan tersebut, papa tercinta mereka datang untuk menengok keadaan putrinya itu. Melihat bahwa istri dan putrinya tengah bercanda dan tertawa bersama membuatnya ingin ikut tersenyum dan bergabung dalam kegembiraan yang tengah mereka lakukan.
“ada acara apa nih? Kok kayaknya ada yang lucu banget sampai ketawanya heboh gitu?” Tanya papa Reza yang notabene adalah papa Rena dan papa Ilham juga.
“hihihihi………. Begini loh pa. Mama tuh lipatnya amburadul. Masa lipat pakaian gak berbentuk? Mau dikatain bulet, gak juga, mau dikatain kotak, gak mendekati banget. Makanya ketawanya heboh banget pa.” ucap Rena dengan semangat yang menggebu-gebu ketika menceritakannya. Sang mama yang diceritakan hanya tersenyum dan sesekal tertawa geli ketika mengingat tindakannya.
Esok harinya, mereka bertiga menuju bandara. Sebenarnya Rena tak ingin mama dan papanya ikut, tapi mereka terus memaksa untuk ikut mengantar, dengan alasan untuk melihat putri mereka yang akan mulai beranjak dewasa dan mengikuti jalan kakak-kakaknya.
“Pokoknya jangan lupa makan tepat waktu ya nak.” Pesan Mama tercintanya.
“dan tentu saja. Istirahat yang cukup, supaya tidak sakit selama berada di sana.” Pesan Papa tercintanya.
Kali ini Rena telah melewati batas tempat pengantar, dan mama serta papanya tidak di ijinkan sehingga dia harus menunggu sampai panggilan untuk menuju pesawat dan segera berangkat. Karena Rena terlalu bersemangat untuk mengunjungi kedua kakaknya yang kini berada di Jakarta, maka Rena tak ingin terlambat sedikit pun yang alhasil membuatnya datang satu jam sebelum waktu pemberangkatan.
Diatas pesawat, otak jahil Rena berfikir dengan baik. “Akan aku buat teman-teman Kak Ilham kaget dengan penampilanku” ucap Rena dalam hati sambil tersenyum jahil kemudian mengeluarkan seperangkat alat untuk menyamar.
Karena kulit Rena lebih terang dibandingkan kulit Ilham, maka dia menggunakan krim untuk membuat kulitnya sedikit lebih gelap dari aslinya, kemudian melepas kedua giwang yang tengah dipakainya dan memakai rambut palsu yang mirip dengan kakaknya, Ilham.
Ilham dan Rena saudara kembar, namun Ilham lebih dulu melihat dunia setengah jam sebelum Rena, makanya Rena menjadi anak yang paling muda dalam keluarganya. Tahun ini, usianya akan genap 18 tahun, namun itu akan terjadi beberapa bulan lagi.
“Lihat saja, teman-teman Kak Ilham dan Kak Reza gak bakal ngirain kalau yang dia jemput adalah Kak Ilham. Xixixixixi bagaimana cara teman-teman kak Ilham bakalan bedain aku sama kak Ilham ya?” ucap Rena berbangga disertai tawa jahil disela-sela ucapannya.
Dilain tempat, Reza sedang ditelepon mamanya.
“Reza, pokoknya jaga adikmu selama dia berada disana. Kamu tau kan seberapa sensitifnya tubuh adikmu itu, kalau capek terlalu banyak saja bisa langsung sakit parah.” Ucap mama Reza dari seberang sana.
“Iya mamaku tersayang. Tenang saja, aku bakalan jaga adik perempuanku satu-satunya itu. Mama tenang saja.” Ucap Reza dengan nada bosan karena sudah berkali-kali mamanya mengucapkan itu selama mereka teleponan.
“Pokoknya kamu harus bisa jaga dia selama dia berada disana.”
“siiiiippppp” Reza mengacungkan jempolnya “Reza bakalan jagain Rena selama ada disini. . .” melirik jam tangan “. . . mama, udah dulu ya. Reza mau jemput Rena, setengah jam lagi pesawatnya bakalan mendarat. Kalau gak ccepat-cepat kesana pasti bakalan telat karena macet. Mama tau itu kan?”
“Iya-iya, mama tau. Ya sudah, pokoknya ingat pesan mama ya. Assalamu Alaikum”
“Iya ma. Pasti bakalan Reza ingat. Wa alaikum Salam”
Telpon dimatikan, membuat Reza menarik nafas yang sangat-sangat dalam.
“kenapa lagi kak? Mama cerewet lagi seperti biasa?” Sahut Ilham yang kini tengah mengerjakan tugas kampusnya.
“iya nih, Il. Mau ikut jemput Rena gak? Bentar lagi pasti bakalan mendarat tuh pesawat yang ditumpanginya.”
“kita-kita pengen ikutan juga dong.” Tiba-tiba anak-anak Smash yang lain ikut nimbrung.
Walaupun tidak bersuara sejak tadi ternyata mereka mendengarkan secara seksama setiap kalimat yang diucapkan Reza.
“Ternyata kalian mendengarkan juga rupanya. Ya sudah, tapi bawa kendaraan masing-masing ya. I’am, gimana? Pengen ikutan gak?” ucap Reza mengulang ajakannya.
“Sebaiknya gitu, supaya anak-anak yang lain bisa bedain mana Rena mana aku kak.” Sahut Ilham kemudian melepaskan pulpen yang sejak tadi menari-nari ditangannya.
Reza tertawa dengan apa yang baru saja dikatakan Ilham “kau benar juga. Aku yakin sekarang Rena tengah mempersiapkan ide jahilnya itu.”
Akhirnya mereka berangkat menuju bandara. 45 menit setelah mereka meninggalkan kediaman para anak Smash akhirnya tiba di bandara untuk menjemput adik kesayangan Ilham dan Reza. Tak lama mereka menunggu, akhirnya pesawat yang dipakai Rena mendarat juga.
Dilain tempat
“Pokoknya, tunggu Rena beraksi kak.” Ucap Rena bangga ketika Rena telah turun dari pesawat menuju tempat bagasi akan diambil.
Rena sudah mendapatkan kopernya dan menuju tempat penjemputan, dari jauh Rena bisa melihat kedua kakaknya tengah bercerita dengan anak-anak Smash yang lain. Rena tersenyum jahil “saatnya menjalankan ide” fikir Rena kemudian melangkah dengan gaya khas Ilham melangkah, sifat cewek Rena tidak terlihat sedikitpun.
“Kak, sepertinya itu Rena deh.” Ucap Ilham ketika melihat Rena yang kini tengah berdandan ala dirinya.
“Kau benar. Dia pakai trik itu lagi…” menoleh kea rah anak-anak Smash yang lain. “tuh adikku udah datang. Kalian bisa bedain kan?” lanjut Reza kemudian member isyarat pada Ilham untuk menjemput Rena lebih dulu dan berjalan disampingnya.
Ilham yang menyadari isyarat Reza setelah mati-matian member tanda akhirnya melakukan permintaan kakaknya dan kemudian berjalan disamping Rena kemudian mengambil koper Rena untuk dibawanya.
“Kalian bisa bedain gak?” Ucap Reza mengulang pertanyaannya. Anak-anak Smash tentu saja bingung dengan apa yang dilihatnya.
“Eh, Ca. Sejak kapan I’am jadi dua?” Tanya Dicky seraya memasukkan permen yuppi kedalam mulutnya.
“Aku yakin kalau Ilham itu yang bawa koper. I’am palsu itu terlalu cuek dibandingkan I’am yang asli.” Sahut Morgan tanpa menoleh dari bukunya.
“Eh, kok kau tau sih Gan? Padahal kan kau gak liat mereka sedikitpun.” Kali ini Rangga yang berbalik menatap aneh pada Morgan.
“Tadi sempet liat kok.”
“Kamu emang hebat Gan, liat sepintas aja bisa langsung tau.” Ucap Reza lagi
“Cuman orang bodoh tertipu dua kali.” Sahut Morgan lagi. Ternyata Morgan sudah pernah bertemu dengan kembaran Ilham, sehingga bisa membedakan mana Ilham mana Rena.
“ah. Aku lupa, kalo gak salah Ogan tuh pernah ketemu sekali dengan tuh kembaran Ilham dengan dandanan seperti itu, makanya Morgan langsung tahu.” Sahut Bisma.
“Ren, sebaiknya lepas wig dan hapus make up itu dari wajahmu. Kamu sudah lebih dulu dikenali Morgan.” Perintah Reza pada Rena
“Iya kak.” Ucap Rena patuh, kemudian melepaskan wignya yang membuat rambut panjangnya tergerai dan menghapus make up-nya sehingga menampakkan warna asli wajah Rena yang lebih putih dibandingkan Ilham. “Udah kak.”
Semua yang melihat wajah asli Rena membelalak tak percaya. Satu kata yang hanya bisa mereka ucapkan dalam fikiran mereka. Rena terlalu manis!
“ya ampun. Kalian ini kok pada cengo gitu? Udah deh, ntar aja kalau mau menatap Rena. Kalian punya banyak waktu kok” Ucap Reza yang kemudian menyadarkan yang lain bahwa sejak tadi mereka semua diam memperhatikan Rena yang tersenyum ketika selesai menghapus make up-nya.
Akhirnya mereka pulang ke kediaman anak-anak Smash. Ketika sampai di rumah, ternyata Mbak Icha manager Smash sudah berada dirumah.
“Kalian sudah pulang?” sahut Mbak Icha dari ruang tengah yang kini tengah mengatur jadwal mereka.
“Mbak, aku bawa adik aku nih. Mungkin dia bakalan ada disini sampai adikku lulus sekolah.” Ucap Reza yang membuat yang lain saling berpandangan, kecuali Ilham tentunya.
“Iya, Mbak udah tau. Tadi mamamu nelpon tentang adik kamu itu. Namanya Rena kan? Dia sangat manis, lebih manis dari Ilham. Katanya kalian kembar ya?” Tanya Mbak Icha langsung saja mengalihkan pembicaraan kepada Rena, mengabaikan Reza.
“Iya, Mbak, kami kembar. Tapi karena sejak kecil aku selalu sakit-sakitan makanya aku lebih sering menghabiskan waktu disekitar rumah saja dibandingkan kak Ilham.” Jawab Rena disertai senyum khasnya.
“Kamu benar-benar mirip dengan Ilham. Hanya saja kamu lebih manis dari Ilham. Hahahaha” ucap Mbak Icha disertai tawa yang membahana “Sebaiknya kamu istirahat, besok pasti banyak kegiatan yang mau kamu lakukan kan? Kalau kamu mau, kamu bisa tidur bareng Mbak. Tapi kalau gak mau juga gak pa-pa. . .” kemudian Mbak Icha menoleh ke arah Bisma “Bisma, kamu antar Rena ya ke kamar disamping kamarmu. Kebetulan kamar itu kosong kan?” Perintah Mbak Icha yang hanya disahut ya oleh Bisma, kemudian Bisma mengambil koper Rena dan mengantarnya menuju kama baru Rena.
“Ini kamarmu. Didalam lumayan luas kok. Kalau butuh apa-apa trus gak ada orang di ruang tengah, ketuk pintu kamarku aja. Aku ada didalam untuk ngerjain tugas kampus.” Ucap Bisma.
“Iya. Makasih ya kak.” Sahut Rena disertai senyuman khasnya lagi
Setelah mengantar Rena ke kamarnya, Bisma langsung masuk ke kamarnya. Bukan untuk mengerjakan tugas kampus seperti yang dia ucapkan pada Rena, namun hal lain.
“Apa kamu tidak bisa mengingatku sama sekali? Apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu? Ku mohon ingatlah!” Ucap Bisma lirih dibalik pintu kamarnya.

Apa yang terjadi antara Rena dan Bisma sebenarnya?

LOVE YOU SO....... Part 1

Pertemuan


“Rez, Il, apa benar adik kamu bakalan datang ngunjungin sekalian liat kita-kita latihan?” Tanya Bisma di suatu siang disela-sela istirahat latihan mereka.
Reza dan Ilham yang ditanyai hanya mengangguk senang. Tak lama setelahnya mereka kembali latihan, dan kali ini Reza dan Ilham mengikuti latihan dengan baik. Bahkan selama latihannya mereka berdua hanya beberapa kali melakukan kesalahan, padahal koreografi yang diajarkan baru pertama kali. Mungkin karena perasaan mereka yang senang mengingat adik mereka akan datang dan menginap untuk beberapa hari menemani kedua kakaknya latihan.
Sementara dilain tempat, orang yang dibicarakan sedang mengepak barang-barangnya untuk dibawa selama berada ditempat kakaknya
“Rena, kamu yakin mau pergi sendiri menengok kedua kakakmu? Tidak perlu diantar oleh papa atau mama?”
“Tidak Ma. Rena ingin mencoba melakukan segala sesuatunya sendiri, tidak mau bergantung lagi sama mama dan papa. Lagi pula kan bentar lagi ulang Tahun Rena yang ke tiga belas. Itu berarti Rena sudah harus bisa mandiri, supaya gak ngerepotin mama dan papa serta kak Reza dan Kak Ilham.” Ucap gadis yang bernama Rena itu seraya menyusun pakaian masuk kedalam koper yang lumayan besar.
Mamanya hanya tersenyum mendengar alasan yang diberikan anaknya. “ternyata anakku sudah mulai bisa mengerti tentang hidup. Setidaknya jika suatu saat nanti Allah mengambil nyawak. Aku tidak perlu menghawatirkan mereka. Karena anak bungsuku sudah mulai dewasa” ucap Mamanya dalam hati dan tanpa sadar dia tersenyum sendiri dengan apa yang tengah dia fikirkan saat ini.
“Mama? Mama melamun ya?” Tanya Rena dengan wajah penuh tanda Tanya dan tentu saja dengan wajah yang lucu karena tengah menahan tawanya.
“Nggak kok.” Ucap Mamanya ngeles
“ahh, Mama bohong. Buktinya, tuh lipatan mama amburadul. Gak ada bentuk dan lipatnya juga asal-asalan. Mama niat bantu atau tidak kalau gitu” ucap Rena sambil menunjuk-nunjuk pakaian yang ada di tangan mamanya “itu loh Ma” lanjut Rena lagi dan masih menunjuk-nunjuk apa yang kini tengah dilakukan oleh mama tercintanya.
Sang Mama yang bingung dengan apa yang dilakukan Rena mencoba untuk melihat apa yang seja tadi ditunjuk terus oleh putri satu-satunya itu. Dan ketika melihat lipatannya, benar saja, lipatannya tak berbentuk, karena jika ingin dikatakan melipat melingkar, tak juga dikatakan seperti itu, karena masih ada sudut. Dan jika ingin dikatakan kotak atau balok tidak juga karena hampir saja mendekati bulat. Menyadari kelakuannya sendiri, Mama Reza yang notabene mama Reza, Ilham, dan Rena ini hanya tersenyum geli dengan apa yang tengah dibuatnya.
Berselang dari insiden lucu+memalukan tersebut, papa tercinta mereka datang untuk menengok keadaan putrinya itu. Melihat bahwa istri dan putrinya tengah bercanda dan tertawa bersama membuatnya ingin ikut tersenyum dan bergabung dalam kegembiraan yang tengah mereka lakukan.
“ada acara apa nih? Kok kayaknya ada yang lucu banget sampai ketawanya heboh gitu?” Tanya papa Reza yang notabene adalah papa Rena dan papa Ilham juga.
“hihihihi………. Begini loh pa. Mama tuh lipatnya amburadul. Masa lipat pakaian gak berbentuk? Mau dikatain bulet, gak juga, mau dikatain kotak, gak mendekati banget. Makanya ketawanya heboh banget pa.” ucap Rena dengan semangat yang menggebu-gebu ketika menceritakannya. Sang mama yang diceritakan hanya tersenyum dan sesekal tertawa geli ketika mengingat tindakannya.
Esok harinya, mereka bertiga menuju bandara. Sebenarnya Rena tak ingin mama dan papanya ikut, tapi mereka terus memaksa untuk ikut mengantar, dengan alasan untuk melihat putri mereka yang akan mulai beranjak dewasa dan mengikuti jalan kakak-kakaknya.
“Pokoknya jangan lupa makan tepat waktu ya nak.” Pesan Mama tercintanya.
“dan tentu saja. Istirahat yang cukup, supaya tidak sakit selama berada di sana.” Pesan Papa tercintanya.
Kali ini Rena telah melewati batas tempat pengantar, dan mama serta papanya tidak di ijinkan sehingga dia harus menunggu sampai panggilan untuk menuju pesawat dan segera berangkat. Karena Rena terlalu bersemangat untuk mengunjungi kedua kakaknya yang kini berada di Jakarta, maka Rena tak ingin terlambat sedikit pun yang alhasil membuatnya datang satu jam sebelum waktu pemberangkatan.
Diatas pesawat, otak jahil Rena berfikir dengan baik. “Akan aku buat teman-teman Kak Ilham kaget dengan penampilanku” ucap Rena dalam hati sambil tersenyum jahil kemudian mengeluarkan seperangkat alat untuk menyamar.
Karena kulit Rena lebih terang dibandingkan kulit Ilham, maka dia menggunakan krim untuk membuat kulitnya sedikit lebih gelap dari aslinya, kemudian melepas kedua giwang yang tengah dipakainya dan memakai rambut palsu yang mirip dengan kakaknya, Ilham.
Ilham dan Rena saudara kembar, namun Ilham lebih dulu melihat dunia setengah jam sebelum Rena, makanya Rena menjadi anak yang paling muda dalam keluarganya. Tahun ini, usianya akan genap 18 tahun, namun itu akan terjadi beberapa bulan lagi.
“Lihat saja, teman-teman Kak Ilham dan Kak Reza gak bakal ngirain kalau yang dia jemput adalah Kak Ilham. Xixixixixi bagaimana cara teman-teman kak Ilham bakalan bedain aku sama kak Ilham ya?” ucap Rena berbangga disertai tawa jahil disela-sela ucapannya.
Dilain tempat, Reza sedang ditelepon mamanya.
“Reza, pokoknya jaga adikmu selama dia berada disana. Kamu tau kan seberapa sensitifnya tubuh adikmu itu, kalau capek terlalu banyak saja bisa langsung sakit parah.” Ucap mama Reza dari seberang sana.
“Iya mamaku tersayang. Tenang saja, aku bakalan jaga adik perempuanku satu-satunya itu. Mama tenang saja.” Ucap Reza dengan nada bosan karena sudah berkali-kali mamanya mengucapkan itu selama mereka teleponan.
“Pokoknya kamu harus bisa jaga dia selama dia berada disana.”
“siiiiippppp” Reza mengacungkan jempolnya “Reza bakalan jagain Rena selama ada disini. . .” melirik jam tangan “. . . mama, udah dulu ya. Reza mau jemput Rena, setengah jam lagi pesawatnya bakalan mendarat. Kalau gak ccepat-cepat kesana pasti bakalan telat karena macet. Mama tau itu kan?”
“Iya-iya, mama tau. Ya sudah, pokoknya ingat pesan mama ya. Assalamu Alaikum”
“Iya ma. Pasti bakalan Reza ingat. Wa alaikum Salam”
Telpon dimatikan, membuat Reza menarik nafas yang sangat-sangat dalam.
“kenapa lagi kak? Mama cerewet lagi seperti biasa?” Sahut Ilham yang kini tengah mengerjakan tugas kampusnya.
“iya nih, Il. Mau ikut jemput Rena gak? Bentar lagi pasti bakalan mendarat tuh pesawat yang ditumpanginya.”
“kita-kita pengen ikutan juga dong.” Tiba-tiba anak-anak Smash yang lain ikut nimbrung.
Walaupun tidak bersuara sejak tadi ternyata mereka mendengarkan secara seksama setiap kalimat yang diucapkan Reza.
“Ternyata kalian mendengarkan juga rupanya. Ya sudah, tapi bawa kendaraan masing-masing ya. I’am, gimana? Pengen ikutan gak?” ucap Reza mengulang ajakannya.
“Sebaiknya gitu, supaya anak-anak yang lain bisa bedain mana Rena mana aku kak.” Sahut Ilham kemudian melepaskan pulpen yang sejak tadi menari-nari ditangannya.
Reza tertawa dengan apa yang baru saja dikatakan Ilham “kau benar juga. Aku yakin sekarang Rena tengah mempersiapkan ide jahilnya itu.”
Akhirnya mereka berangkat menuju bandara. 45 menit setelah mereka meninggalkan kediaman para anak Smash akhirnya tiba di bandara untuk menjemput adik kesayangan Ilham dan Reza. Tak lama mereka menunggu, akhirnya pesawat yang dipakai Rena mendarat juga.
Dilain tempat
“Pokoknya, tunggu Rena beraksi kak.” Ucap Rena bangga ketika Rena telah turun dari pesawat menuju tempat bagasi akan diambil.
Rena sudah mendapatkan kopernya dan menuju tempat penjemputan, dari jauh Rena bisa melihat kedua kakaknya tengah bercerita dengan anak-anak Smash yang lain. Rena tersenyum jahil “saatnya menjalankan ide” fikir Rena kemudian melangkah dengan gaya khas Ilham melangkah, sifat cewek Rena tidak terlihat sedikitpun.
“Kak, sepertinya itu Rena deh.” Ucap Ilham ketika melihat Rena yang kini tengah berdandan ala dirinya.
“Kau benar. Dia pakai trik itu lagi…” menoleh kea rah anak-anak Smash yang lain. “tuh adikku udah datang. Kalian bisa bedain kan?” lanjut Reza kemudian member isyarat pada Ilham untuk menjemput Rena lebih dulu dan berjalan disampingnya.
Ilham yang menyadari isyarat Reza setelah mati-matian member tanda akhirnya melakukan permintaan kakaknya dan kemudian berjalan disamping Rena kemudian mengambil koper Rena untuk dibawanya.
“Kalian bisa bedain gak?” Ucap Reza mengulang pertanyaannya. Anak-anak Smash tentu saja bingung dengan apa yang dilihatnya.
“Eh, Ca. Sejak kapan I’am jadi dua?” Tanya Dicky seraya memasukkan permen yuppi kedalam mulutnya.
“Aku yakin kalau Ilham itu yang bawa koper. I’am palsu itu terlalu cuek dibandingkan I’am yang asli.” Sahut Morgan tanpa menoleh dari bukunya.
“Eh, kok kau tau sih Gan? Padahal kan kau gak liat mereka sedikitpun.” Kali ini Rangga yang berbalik menatap aneh pada Morgan.
“Tadi sempet liat kok.”
“Kamu emang hebat Gan, liat sepintas aja bisa langsung tau.” Ucap Reza lagi
“Cuman orang bodoh tertipu dua kali.” Sahut Morgan lagi. Ternyata Morgan sudah pernah bertemu dengan kembaran Ilham, sehingga bisa membedakan mana Ilham mana Rena.
“ah. Aku lupa, kalo gak salah Ogan tuh pernah ketemu sekali dengan tuh kembaran Ilham dengan dandanan seperti itu, makanya Morgan langsung tahu.” Sahut Bisma.
“Ren, sebaiknya lepas wig dan hapus make up itu dari wajahmu. Kamu sudah lebih dulu dikenali Morgan.” Perintah Reza pada Rena
“Iya kak.” Ucap Rena patuh, kemudian melepaskan wignya yang membuat rambut panjangnya tergerai dan menghapus make up-nya sehingga menampakkan warna asli wajah Rena yang lebih putih dibandingkan Ilham. “Udah kak.”
Semua yang melihat wajah asli Rena membelalak tak percaya. Satu kata yang hanya bisa mereka ucapkan dalam fikiran mereka. Rena terlalu manis!
“ya ampun. Kalian ini kok pada cengo gitu? Udah deh, ntar aja kalau mau menatap Rena. Kalian punya banyak waktu kok” Ucap Reza yang kemudian menyadarkan yang lain bahwa sejak tadi mereka semua diam memperhatikan Rena yang tersenyum ketika selesai menghapus make up-nya.
Akhirnya mereka pulang ke kediaman anak-anak Smash. Ketika sampai di rumah, ternyata Mbak Icha manager Smash sudah berada dirumah.
“Kalian sudah pulang?” sahut Mbak Icha dari ruang tengah yang kini tengah mengatur jadwal mereka.
“Mbak, aku bawa adik aku nih. Mungkin dia bakalan ada disini sampai adikku lulus sekolah.” Ucap Reza yang membuat yang lain saling berpandangan, kecuali Ilham tentunya.
“Iya, Mbak udah tau. Tadi mamamu nelpon tentang adik kamu itu. Namanya Rena kan? Dia sangat manis, lebih manis dari Ilham. Katanya kalian kembar ya?” Tanya Mbak Icha langsung saja mengalihkan pembicaraan kepada Rena, mengabaikan Reza.
“Iya, Mbak, kami kembar. Tapi karena sejak kecil aku selalu sakit-sakitan makanya aku lebih sering menghabiskan waktu disekitar rumah saja dibandingkan kak Ilham.” Jawab Rena disertai senyum khasnya.
“Kamu benar-benar mirip dengan Ilham. Hanya saja kamu lebih manis dari Ilham. Hahahaha” ucap Mbak Icha disertai tawa yang membahana “Sebaiknya kamu istirahat, besok pasti banyak kegiatan yang mau kamu lakukan kan? Kalau kamu mau, kamu bisa tidur bareng Mbak. Tapi kalau gak mau juga gak pa-pa. . .” kemudian Mbak Icha menoleh ke arah Bisma “Bisma, kamu antar Rena ya ke kamar disamping kamarmu. Kebetulan kamar itu kosong kan?” Perintah Mbak Icha yang hanya disahut ya oleh Bisma, kemudian Bisma mengambil koper Rena dan mengantarnya menuju kama baru Rena.
“Ini kamarmu. Didalam lumayan luas kok. Kalau butuh apa-apa trus gak ada orang di ruang tengah, ketuk pintu kamarku aja. Aku ada didalam untuk ngerjain tugas kampus.” Ucap Bisma.
“Iya. Makasih ya kak.” Sahut Rena disertai senyuman khasnya lagi
Setelah mengantar Rena ke kamarnya, Bisma langsung masuk ke kamarnya. Bukan untuk mengerjakan tugas kampus seperti yang dia ucapkan pada Rena, namun hal lain.
“Apa kamu tidak bisa mengingatku sama sekali? Apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu? Ku mohon ingatlah!” Ucap Bisma lirih dibalik pintu kamarnya.

Apa yang terjadi antara Rena dan Bisma sebenarnya?