Jumat, 19 November 2010

cerita hati hinata chap 2

Disclaimer: Naruto@masashi kishimoto
Warning: OC, AU, lebay, (jika masih ada tolong beri tahu)
Rate: K(ini sudah masuk M ya? Tapi menurut feelingku yang selalu salah, ini masih dalam golongan rate K)
Summary: Naruto kembali! Aku pasti bisa mengungkapkannya….
~^kissing^~

Tidak! Itu tidak mungkin kan? Ini pasti bohong, pasti ini adalah mimpi. Gak mau… Neji?
Dia adalah kakak sepupuku yang paling baik. Walaupun sering menyiksaku, tapi aku yakin Neji sayang padaku, tapi kenapa?
Kenapa harus dia? Aku kan gak mau menyakiti orang lain, apalagi keluargaku sendiri.
Neji telah berada dibawah,
.
.
.
Tahun berlanjut, sekarang aku sudah bukan hinata yang lemah lagi, aku ingin sekali mengungkapkan perasaanku pada cowok yang sangat aku sukai itu. Yap! Tentu saja! siapa lagi kalau bukan Naruto, dia adalah cinta pertamaku, yang kuharap sekaligus cinta terakhirku yang akan mendampingiku sampai akhir nanti. Aku berharap.
Hari ini Guru Kurenai mengajak kami untuk berkumpul. Mungkin dia akan memberikan kami sesuatu yang memang kami butuhkan. Atau itu hanya pikiranku? Aku gak tahu, pokoknya gak tahu!
“yo! Hinata!” sebuah suara memanggilku. Siapa? Dari suaranya kuyakin dia laki-laki dan suaranya sangat familiar ditelingaku, tapi siapa?
Aku berbalik. Ternyata Kiba yang memanggil. “selamat pagi Kiba, Akamaru. Kalian sehat?” ucapku sambil tersenyum, wajahnya memerah. Ada apa dengannya? “kau sakit ya?” tanyaku lagi dan tanpa menunggu aba-aba aku langsung memegang keningnya. “hmm suhu tubuhmu normal.” Lanjutku. Namun aku tak tahu, wajah Kiba semakin memerah
GUK!!!
Gonggongan Akamaru membuatku mundur satu langkah “Akamaru, apa yang kau lakukan?” tanya Kiba pada Akamaru. Dari wajahnya, sepertinya dia marah pada Akamaru
“tidak apa-apa, Akamaru hanya ingin melindungi majikannya.” Ucapku lalu mendekati Akamaru dan mengelusnya “ Iya kan? Akamaru?”
Akamaru menggonggong, terlihat semburat merah pada wajah Akamaru juga “Akamaru, lain kali kau tak boleh seperti itu!” pesan Kiba pada Akamaru. Sekarang Akamaru tak lagi berada diatas kepala ataupun dalam baju Kiba, namun Kiba lah yang menaiki Akamaru. Akamaru berkembang pesat, namun aku khawatir dengan umurnya. Umur anjing kan gak lama, aku takut Akamaru lebih dulu meninggalkan Kiba dibanding Kiba yang meninggalkan Akamaru.
“seperti biasa ya? Kau tersipu dengan tingkah manis Hinata padamu” ucap seorang cowok lagi yang tiba-tiba ada diantara kami bertiga.
Aku menoleh ke sumber suara. Ternyata Shino, cowok sedingin es dikutub utara, yang sangat baik dan peduli padaku juga. Tentu saja mereka peduli, perintah Guru Kurenai kan begitu, “apapun yang terjadi, jika kalian bersama, kalian harus selalu menjaga dan melindungi Hinata!”
Akh… aku senang sekali mendengar perintah Guru seperti itu. Tapi seketika itu juga aku tak ingin hal seperti itu. Aku tak ingin merepotkan orang lain. Biarkan aku yang menanggung sakitku sendiri , lukaku sendiri, bahagiaku bersama mereka dan yang lainnya. Aduh, aneh. Tapi biarlah. Ini kan dunia perfanfic-an jadi aku bebas dong….
Hari ini Naruto akan pulang. Tertulis disuratnya seperti itu, bersama Jiraiya, si pertapa genit yang menjadi gurunya sekarang. Kufikir Naruto juga genit kan? Karena dia selalu saja berfikir mesum, tapi aku gak tahu yang pastinya dia baik. Aku akan selalu berada dibelakangnya, untuk mendukungnya dalam meraih semua impiannya. Termasuk impian menjadi hokage ke enam, menggantikan sunade-sama.
“berhenti menggodaku Shino!” teriak Kiba pada Shino. Yang akhirnya ketika aku sadar dari melamunku, mereka sudah saling mengejar satu sama lain. Ngapain sih mereka seperti itu? Kayak anak kecil saja.
“STOP!!!” teriakku pada mereka. Mereka langsung saja berhenti. Namun Kiba tak bisa menghentikan tubuhnya, dan…
“Argh!!!!!! Kiba!! apa yang kau lakukan?” Teriakku pada Kiba
Seketika itu juga aku menangis dan pergi meninggalkan mereka berdua. Dijalan, aku berpapasan dengan Guru Kurenai. Dia heran dengan tingkahku mungkin yang selalu tersenyum dan ceria dihadapannya. Tapi untuk sekarang?
Masa bodoh dengan semuanya!
Masa. . . .?
Masa. . . .?
Masa. . . .
Ciuman pertamaku diambil oleh Kiba? Aku gak mau! Padahal kan aku mempersiapkannya untuk Naruto, ketika dia datang nanti. Tapi arghhhhhhhhh
“SEBEL!!!!!!!!!!” teriakku yang berhasil membuat burung yang ada di hutan Konoha beterbangan.
Aku pulang kerumah dengan mata sembab, Kak Neji yang melihatku seperti ini langsung memberikan aku pandangan yang aneh
“Hinata…? Kau kenapa?” Tanya Kak Neji, ketika aku telah duduk di kursi ruang tamu.
Aku tak menjawab, tapi tangisku yang semakin menjadi membuat Kak Neji panic. Aku tak tahu, apa yang terjadi padanya, karena aku menutup mataku. Tiba-tiba bibirku menyentuh sesuatu. Apa ini?
Ku buka mataku dan aku sangat kaget. Kak Neji,
Arghhh betapa aneh hariku hari ini. Kenapa semua malah menciumku sih? Padahal aku hanya ingin dicium oleh Naruto. Tapi kenapa malah orang-orang yang tak kuharapkan yang melakukannya?
Argh!!!!! Menyebalkan! Kak Neji juga menyebalkan!
“apa yang kakak lakukan?” tanyaku ketika aku sudah bisa mngatur nafasku. Beneran deh, aku gak pernah tahu, kalau orang yang berciuman itu harus sesak nafas seperti ini.
“aku tak tahu lagi bagaimana menenangkanmu Hinata.” Ucap Kak Neji membela diri.
“tapi Hinata gak berharap seperti ini kak!” elakku. Aku langsung berlari meninggalkan semuanya. Masuk menuju kamar kesayanganku. Tempatku untuk mengeluh dan mengangis dalam diamku.
.
.
.
“Hinata ada?” terdengar sebuah suara mencariku. Aku yakin itu adalah Guru Kurenai. Dia adalah Guru Kesayanganku, yang selalu sayang padaku.
“langsung saja Guru, dia ada dikamarnya.” Ucap yang lainnya. Mungkin itu adikku Hanabi.
“Hinata!” teriak guru Kurenai sambil mengetuk pintu kamarku. Aku tak tahu, bagaimana ini? Mataku masih sembab. Apa alasanku untuk bisa menyembunyikan ini??
Aku membuka pintu sambil menundukkan wajahku. Aku malu jika Guru harus melihat wajahku seperti ini.
Guru telah masuk dikamarku dan duduk disampingku. Dia tengah berusaha untuk mengajakku agar mau bercerita dengannya. Tapi aku sudah berjanji untuk tak ingin membebani masalahku yang tidak penting ini pada siapapun.
“baiklah jika kau tak ingin. Aku takkan memaksamu Hinata. Oh ya, Naruto telah kembali. Sekarang dia tengah mencari sebuah kelompok yang cukup untuk dirinya” ucap Guru Kurenai.
Aku tahu Naruto akan kembali tapi aku tak pernah menyangka jika dia telah berada di Konoha.
Aku harus segera bertemu dengannya…
“Kiba dan Shino telah menunggumu di taman dekat kantor Hokage, jadi bergegaslah” ucap Guru Kurenai.
Akh…
Aku ingin bertemu dengannya cowok jabrik bermata biru yang selalu menjadi idolaku itu.
. . . .

Rabu, 03 November 2010

menanti kunang - kunang part. 2

tahun terus berganti. tak kusangka anak laki - laki yang muncul tiba - tiba dihadapanku itu kini menjadi teman sepermainanku. walaupun aku memiliki teman disekolah, namun tak ada yang bisa mengerti tentang bagaimana diriku. Mereka semua hanya mementingkan diri mereka sendiri.
sekarang aku telah menginjak bangku SMA, dan sebentar lagi akan kuliah mengambil jurusan yang aku sukai. Tapi aku harus tegar, karena aku akan berpisah dari mama, dan menyetujui tawaran papa untuk tinggal bersamanya dikota. mau tak mau aku harus menyetujuinya, mama juga sudah memberikan izin dan mendukung keputusanku tinggal dengan papa demi pendidikan yang akan menjadi penyelamat hidupku kelak.

besok adalah hari pelulusan. hari dimana kita akan mengecap usaha kita selama tiga tahun dibangku SMA. aku berharap nilai yang aku dapat tak terlalu buruk, sehingga aku bisa memilih universitas yang memang sejak dulu ingin kumasuki dan belajar didalam universitas tersebut.
"semakin hari, semakin sedikit ya kunang-kunangnya" ucap Bayu.
Aku hanya berbalik dan menatapnya, tanpa mengcapkan sepatah katapun. 'aku minta maaf, kamu pasti akan membenciku jika aku mengatakan ini, tapi aku harus. ini juga demi kebaikanku.' fikirku.
Aku kembali menatap kunang - kunang yang memang harus ku akui bahwa kunang - kunang tersebut semakin harinya semakin saja berkurang. Apa yang terjadi sebenarnya? Aku ingin sekali mengetahui sebab dari berkurangnya kunang - kunang didesaku tercinta ini.

Esok harinya, pengumuman hasil kelulusan untuk SMA seangkatanku. aku mendapatkan peringkat yang lumayan bagus. peringkat ke dua puluh dari seluruh siswa yang ada. dua tingkat diatasku terpasang nama Bayu.
Bayu memang selalu diatasku. dia lebih pintar dibandingku...
"Bayu, aku minta maaf. tapi aku harus menyusul papa ke kota. Aku sungguh tidak menginginkan untuk berpisah dengan mama, dengan desa yang damai dan indah ini, serta kamu Yu, namun aku harus melakukannya" jelasku.
"sudahlah Rena, aku tahu kamu akan pergi. tapi kufikir kau akan memberitahukanku dulu."
"aku minta maaf Bayu."
"sudahlah. tidak ada yang perlu dimaafkan" ucap Bayu tanpa ekspresi dan beranjak meninggalkanku.
Aku benar - benar minta maaf. tapi dengan marahnya kamu, aku tetap akan pergi menyusul papa ke kota. Mama sudah memberi Do'a dan papa sudah menanti disana.

menanti kunang - kunang part 1

=>himbauan: cerita ini sudah tak seperti aslinya karena aku lupa ceritanya secara spesifik, jadi aku menulisnya berdasarkan seperti apa yang aku ingat saja. jadi mohon maaf ya.......


"sayang, kamu dimana?" sebuah suara yang sangat kukenal memanggilku
"dibelakang ma. seperti biasa" jawabku
tak lama setelah itu, mama muncul dan menemaniku duduk dirumah pohon ini.
hanya mama yang menemaniku sekarang, karena papa bekerja dikota yang ada disebelah desaku. walaupun berdampingan, namun perbedaan antara desaku dan kota tersebut amatlah jauh. Kota tersebut bahkan tak memiliki sebuah pohon. kota itu tak punya waktu istirahat, setiap waktu adalah uang. bahkan tak ada asset yang tak bisa digunakan. terkadang papa datang untuk mengunungiku dan melihat keadaanku dan mama. Namun itu sangat arang terjadi. belakangan ini papa mengatakan bahwa papa sangat sibuk sehingga tak menyempatkan waktu untuk menengok kami.
"mama, kok kunang - kunangnya makin hari makin lama munculnya?" tanyaku pada mama..
mama hanya menatapku dan membelai lembut rambutku.
tak lama setelah itu, sebuah cahaya yang berkerlap kerlip muncul dan terbang kearahku.
Kunang- Kunang!
Dan tak lama setelahnya, menyusul kunang - kunang yang lainnya.
"Mama... indah banget..." ucapku sambil tersenyum penuh arti, lalu menatap mama. Lagi - lagi mama hanya tersenyum.

esok harinya, aku kembali duduk dirumah pohon ini
KRESAK...
sebuah suara mengagetkanku. tak mungkin dia mama, karena biasanya mama akan segera memanggilku dan langsung duduk menyapaku.
kunang - kunang yang telah aku tunggu akhirnya muncul juga, sehingga aku segera melupakan hal yang baru saja membuatku kaget
"kunang - kunangnya indah ya..." ucap seorang anak laki - laki yang seumuran denganku dan langsung duduk disampingku. Kontan aku kaget dengan kehadirannya yang tiba - tiba
"Jadi kamu yang tadi ada dibalik pohon ya?" tanyaku.
"ya..." ucapnya datar. lalu tersenyum padaku "aku baru pindah tadi pagi. Aku tak menyangka jika masih ada kunang - kunang didesa ini.
Jadi dia baru pindah ya ke desa ini. Aku tak pernah berbaur dengan orang lain, hanya mama yang aku kenal disini, papa juga.

_nanti saja ya lanutannya, mau warm booting dulu